Tuesday, 20 July 2010

Re: [greenlifestyle] Fw: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Parlemen Keberatan "Bertetangga" dengan Mall

Sungguh tersentuh ungkapan yang Ibu paparkan dalam subjek pengalihan fungsi TRR dalan area sekitar Gedung MPR-DPR ini. Sebagai anggota
masyarakat dengan latar belakang pendidikan yang seadanya namun  sempat ikut walau dalam skala micro pada proses penbangunan MPR-DPR yang dulunya ditahun pembangunannya 1965 disebut Projek Conefo, yang dimotori oleh Bpk. Ir. Sutami (Alm) dan Arsitek Bpk. Ir. Suyudi (Alm), sangat prihatin atas kebijakan lanjutan yang diputuskan terhadap Lingkungan megah-bersejarah ini, dimana seyogianya kemegahan ini patut kita persembahkan-wariskan  kepada anak cucu kita.
Kalau kita mengudara diatas kota Jakarta saat ini, kita bisa merasakan bahwa Jakarta ini telah menjadi Kota GUNUNG BATU dengan cemented layer yang demikian tinggi, dan tidak ada lagi ruang hijau yang menyejukkan mata. Kenapa hal ini bisa terjadi  ......... menurut kami, karena proses pengambilan keputusan lebih didasarkan atas dasar pertimbangan ekonomi yang berpola pada WIN-WIN Solution. Kalau dua2-nya UNTUNG apakah ini tidak bertentangan dengan Hukum Alam  SEBAB-AKIBAT, sehingga pertanyaannya siapa yang MERUGI. Yang merugi adalah MASYARAKAT-ALAM-MASA DEPAN.
Menurut ahli lingkungan beberapa spot di kota JKT telah kekurangan oksigen dan sudah lumrah dikatakan udaranya kotor, sehingga pejalan kaki ataupun pengendara sepeda motor harus memakai penutup hidung untuk mendapatkan udara yang sedikit itu tapi bersih.
Kalau keadaan ini dibiarkan terus, bukan tidak mungkin bahwa ditahun-tahun 2030 (mungkin kita sudah didunia kedua) anak2 kesekolah harus membawa kantong oksigen disamping gelas  air yang sudah terbiasa dibawa saat ini dan pengendara sepeda motor harus membawa tabung oksigen dipunggungnya seperti orang hidup dibulan. Apakah keadaan ini yang akan kita wariskan kepada anak cucu kita?
Ibu Ning yang saya hormati.
Himbauan dengan tulisan, melalui Seminar sudah banyak diutarakan hal2 seperti ini, tapi Pengambil keputusan tetap melakukan Kebijakan yang A-populer
Apakah menurut Ibu sebaiknya kita membuat himbauan secara bersama-sama, apakah namanya Petisi atau Saran  kepada Pengambil Keputusan agar hal seperti TRR ini jangan sampai terjadi.
Himbaun ini kita minta pendapat masyarakat akademik maupun perseorangan baik melalui milis GLS maupun FB, setelah terkumpul kita kirimkan kepada Pengambil Keputusan.
Kami berkeyakinan Ibu mampu mengajak yang berpikir normatif untuk memahami dan menyetujui gagasan ini, dan jika Ibu sependapat terhadap langkah ini , saya adalah orang pertama yang mengatakan "yes".
Memang ada secuil suara positif di Gd. DPR, namun seperti biasanya suara2 seperti itu hanyut tertelan badai politis
Semoga Ibu sehat selalu. Wassalam RSPV.






From: ning purnomohadi <prasetyo@centrin.net.id>
To: greenlifestyle@googlegroups.com
Sent: Mon, July 19, 2010 5:56:41 PM
Subject: Re: [greenl
ifestyle] Fw: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Parlemen Keberatan "Bertetangga" dengan Mall    gat

Dear bang Eriell Salim,
Terimakasih banyak atas komentarnya - smeoga mereka yang berwenang MAU mendengar curahan hati yang meskipun nampak sangat individual sebenarnya bisa mewakili orang-2 yang masih berakal sehat, terutama untuk terbentuknya sikon LH yang lebih sehat dalam arti kuas.

Ya mas saya sudah pernah berjuang, ikut menyelinap waktu fungsi TRR ini dibahas akan djadikan sentra hiburan entertainment) yang megah sekitar 30-an tahun lalu.  Saya bilang bahwa kawasan ini akan 'hancur' bila dipakai untuk berbagai keperluan komersial dengan banguna-2 'aneh' dan sama sekali tak mendukung eksistensi gedung-2 "megah dan berwibawa" sebagai latar belakang tapak (site) tsb.  Akhirnya kan benar seperti saya katakan, fasilitas hiburan itu (termasuk berbagai rumah makan) menjadi berantakan, kosong, reatif tak laku dengan berbagai bentuk bangunan yang sama sekali amburadul!

Terus terang dalam 'rapat' pengalihan fungsi TRR tsb (kebetulan saya tau dari teman yang terlibat, sehingga saya memaksa datang), saya menentang habis-2an bahkan hampir menangis rasanya dan membeberkan betapa pentingnya memeprtahankan TRR itu sebagai Taman Pasif untuk memenuhi kebutuhan warga akan RTH, dan mengapa TRR itu dibangun? apalagi dengan kolam buatan yang selain sebagai bagian unsur penyejuk, fungsi lain adalah a.l. fungsi visualisasi sebagai 'penyeimbang' dan pendukung kemegahan gedung-2 sekitarnya terutama MPR/DPR lambang negara tsb.

Konsep dasar filosofinya memang seperti juga pelengkap suatu "site appropriate development" yang MUTLAK harus ada, apalagi di komoleks lambang negara - coba bandingkan dgn pembangunan gedung-2 semacam di Canberra, New Delhi, China/Beijing dan (apalagi) kota-2 di Eropa dan Amerika. Dan nampaknya hampir di semua negara !
Ya harapan saya, semoga pembangunan MALL khususnya di TRR ini DIBATALKAN.saja! Fungsinya dikembalikan sebagai RTH (meski hanya bersifat pasif), artinya merupakan unsur penyeimbang, penenangan dari hiruk pikuknya kemacetan yang hampir berlangsung setiap hari, biarkkanlah TRR itu e=menjadi tujuan masyarakat (terutama ":bawah"), terbuka tanpa pagar, sehingga masyarakat dapat menghirup udara segar dan mencari ketenangan serta bersosialisasi secara sehat!.
Sekali terimakasih mas, salam hijau lestari,
Ning P
----- ---- From: "Eriell Salim" <eriellsalim@gmail.com>To: <greenlifestyle@googlegroups.com>
Sent: Monday, July 19, 2010 10:27 PM
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Parlemen Keberatan "Bertetangga" dengan Mall


Gls'ers dan bu Ning yg baik,

Apa yg ibu risaukan ini sebenarnya sdh berlangsung puluhan tahun dan saat ini apa yg diharapkan dr reformasi utk meniadakan praktek2 spt ini malah menjadi subur. Korupsi di era rezim Soeharto 'akhirnya' dpt dikatakan lebih sopan ketimbang sekarang yg tampak nyata terang benderang dan dilakukan secara berjamaah tanpa MALU.
Sptnya kita sekarang di Indonesia hidup di tengah belantara kerakusan dan ketamakan di mana para pejabat terbiasa menggunakan ukuran uang dari pada pendekatan hati nurani. Siapa yg bayar mahal akan mendapatkan layanan prima dan semua jelas tersebar ke jagad lain. Mereka tdk terlalu peduli dgn Indeks Pemangunan Manusia (IPM) kita yg satu level di bawah negara terjajah Palestina yg sebenarnya memberikan isyarat bahwa kita se-Indonesia kesejahteraannya di bawah Palestina negara kecil yg belum lagi merdeka. Cerita bu Ning tadi sebenarnya adalah gambaran betapa tidak malunya kita membangun ribuan mall yg pada dasarnya tdk punya andil dalam menaikkan IPM sebagai level kesejahteraan. Kalo org betawi bilang yg penting sombong dan nyohor walau miskin, hidup dari hasil korupsi dan meminta-2 yg terjadwal rapih untuk mendapatkan hutang dan bila ada yg memberikan dijarah lagi ramai2 .....
> Au ah elap ...
>
> ES
>
>
> Sent from my BlueBerryŽpowered by Sinyal Apik Soko INDOSAT
>
> -----Original Message-----
> From: "ning purnomohadi" <prasetyo@centrin.net.id>
> Sender: greenlifestyle@googlegroups.com
> Date: Mon, 19 Jul 2010 20:17:00
> To: Forum Perkim 03.08<forumpermukiman@yahoogroups.com>; Forum Pembaca Kompas<tionghoaindonesia@yahoo.com>; <Lintas_angkatan_fal_trisakti@yahoogroups.com>; <gbcindonesia@googlegroups.com>; BPPI JPPI<panitiaseminarbppi@yahoo.com>; <komunitashistoria@yahoo.com>; <fpali@yahoogroups.com>; <kembalikan-bumiku@yahoogroups.com>; Green Life Style<greenlifestyle@googlegroups.com>; djauhari<pda@pda-id.org>
> Reply-To: greenlifestyle@googlegroups.com
> Subject: [greenlifestyle] Fw: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Parlemen Keberatan
> "Bertetangga" dengan Mall
>
> Yaaaa Ampuuuuun Gustiiiiiiiiiii, kepada siapa lagi hamba harus mengadu?.
> Ternyata bongkar2 di lahan bekas area entertainment (restoran, berbagai
> permainan yang 'tidak laku') yang GAGAL TOTAL itu ternyata mau dibangun MAL
> to?  Duh GUSTI, hamba sama sekali tidak mengerti jalan pikiran para
> developer apalagi pejabat Pemda (?) atau aiapa yang memberi IMB tsb ya?
> Atau bahkan pengelola kawasan YGBK? Atau bahkan para pejabat Sekretariat
> Negara, atau bahkan bapak Presiden dan Ibu yth.MOHON BANTUAN AGAR
> PEMBANGUNAN MALL DI TRR INI DIBATALKAN  MOHON CARI/P=INDAHKAN DI
> KAWASAN/RUANG YANG SESUAI. Darimana IDE mendirikan Mall itu berasal?  di
> mana hati nurani anda? Sungguh kejam!
>
> Apakah MALLs yang ada sekarang yang mengelilingi kawasan OR Gelora BK itu
> MASIH KURANG?
> COBA SAYA SEBUT KALAU GA SALAH SUDAH ADA LEBIH DARI YANG DIPERLUKAN!
> Mulai dari sekitar Semanggi: sekitar gedung Veteran ("Giant' dkk) yang
> hampir setiap sore apalagi hari libur dan akhir pekan SELALU MACET! di Area
> CBD, sudak ada Pacific Place dan 'kawan-2nya' sudah ada Supermarket Grand
> Lucky, di "depannya" di Jl Jendral Sudirman sudah ada RATU PLAZA, baru-2 ini
> FEDEX (ex-gedung KOni di ujung Jl Pintu 1), sebelumnya sudah di bangun PLAZA
> SENAYAN (Plasenta) , ber-turut2 berdempetan dengan ITC yang mefgah - bahkan
> relatif 'kosong'? lalu dgn megahnya muncul Senayan City (Sensi) yang pasti
> membuat jalan A-A (alias jl, pintu 8-9) macet total, tak hanyamalam minggu
> tapi jam-2 berangkat dan pulang kantor!......Begitu banyak bangunan beton
> yang dinamai MAL - Masih kurang lagi?
>
> Mohon ampun Tuhan akan hambamu yang sungguh kejam, apakah MAL itu dianggap
> satu2-nya RUANG rekreasi bagi sekian (1o juta +?) masyarakat Jkt?.. Berapa
> dari 10 juta jiwa itu mampu ke MAL selain hanya untuk jalan-2 cuci mata
> (mungki hanya mampu membawa bekal dari rumah?) melihat sebagian kecil,
> sekelompok bangsanya yang kaya dgn bahagianya MAMPU makan-2 di resto-2
> mewah, beli barang bermerk internasional.  Namun bukan hanya itu
> permaslahannya.
>
> Untuk diketauhi bahwa konsep dasar pembangunan TAMAN RIA REMAJA itu adalah
> BAGIAN TAK TERPISAHKAN dengan pembangunan Gedung MPR/DPR - Lambang Negara.
> Taman itu dibangun, semula untuk menampung air buangan dari kegiatan
> berbagai gedung di kompleks MPR/DPR, termasuk air pendingin AC dari sejumlah
> gedung-2 raksasa itu, termasuk air hujan ke dalam 'retention basin' itu.
> Wajtu itu dimaksudkan untuk dapat direcycle sebagai sumber air penyiram
> tanaman dan pencuci para anggita Dewan yang terhormat, sehingga tidak
> menghasilkan air bersih air minum (PAM), banyak sekali manfaatnya.  Nah,
> untuk keindahannya dirancanglah 'Taman Kolam Pasif' untuk memenuhi kebutuhan
> para pemuda khususnya, karena itu disebut TAMAN RIA REMAJA. Ya dalam ukuran
> jauh lebih kecil adalah semacam Taman Ayodya di kawasan Barito, Kebayoran
> baru yang setiap hari terutama sore dan di hari-2 libur banyak orang
> mendatangi taman tsb unturk sekedar duduk-2 atau ngobrol-2 saja.
>
> Untuk kepentingan pembangunan arsitektur lansekap yang menyatu dengan
> kemegahan gedung-2 lambang negara sebagai tempat bersidang wakilrakyat YTH.
> Merupakan area 'teduh' dan penyeimbang struktur bangunan yang kokoh kaku
> itu, sekaligus pelembut dan penyerasi lingkungan.  Maka dengan sangat serius
> direncanakan dan dirancanglah beberapa area RTH di sekitar gedung termasuk
> TRR tsb.  Tanaman yang dipilih sebagian besar berasal dari nursery
> (pembibitan) Kebun Raya Bogor, disimpan dulu  di dalam areal nursery proyek
> MPR/DPR itu (di mana sekarang telah berdiri dgn megah hotel Mulia dam gedung
> pelatihan badminton) dengan susah payah dalam rangka 'aklimatisasi' agar
> mampu menyesuaikan iklim Jakarta yang relatif lebih panas dan kering
> dibanding tempat asalnya
>
> Masih dapat dibayangkan setelah 5-6 tahun saja betapa nyamannya TRR tsb.
> Apalagi dilengkapi dgn sedikit permainan berupa sepeda air, jalur KA mini,
> yang meliuk-2 di antara bukit-2 buatan, pemuda / pemudi ngobrol di bawah
> keteduhan pepohonan yang sengaja ditanam 'transparan' juga beberapa keluarga
> datang berpiknik ria, atau sekedar jalan kaki dan jogging di atas perkerasan
> jalan2 kecil yang melingkar juga di tepian air masuk lagi di antara
> perbukitan (sengaja dibangun dgn sistem 'cut & fill' memakai tanah bekas
> galian untuk kolam, dst..  Selain pohon dilengkapi pula dengan perdu dan
> semak serta rumput gajah (paitan) dan tanaman hias lain.
>
> Kapan kita bisa  menghargai karya 'anak bangsa yang istimewa' seperti Bung
> Karno, Arsitek kenamaan, bapak Sujudi Alm, Bpk Rahmat Wiriadisurya Alm
> (waktu itu merangkan Dirjen Cipta Karya PU), Bapak Han Awal,  aristek
> lansekap: Bpk Slamet Wirasonjaya, dan banyak lagi arsitek atau ahli-2 junior
> untuk konstruksi dan engineering pada umumnya anak bangsa sendiri yang
> sekarang menjadi ahli-2 senior yang bergiliran dengan sukses membimbing
> jyang lebih junior lagi, dst.
>
> Pembangun TRR mempunyai fungsi penting berdasar  KONSEP UTAMA SEMULA selain
> sebagai fungsi ekologis yaitu mendukung karakter aristektural yang 'MEGAH'
> dari konsep gedung MPR/DPR yang menyatu pula dengan  kompleks kantor
> Kehutanan Manggala Wana Bhakti yang juga megah.  Apakah developer Mal dan
> pejabat yang memberi Ijin mau merusak kawasan megah tsb menjadi kompleks
> bangunan publik yang bukan merupakan lambang negara? Betul seperti komentar
> salah satu yang menulis: MENGAPA TAK DIBANGUN SAJA MAL DI MONAS SAJA, ATAU
> BAHKAN DI HALAMAN ISTANA NEGARA, ATAU DI DEKAT GEDUNGBALAIKOTA DKI yang
> megah itu?
>
> Nampaknya rancangan pembangunan  MAL di areal TRR itu tidak transparan,
> tidak meminta dahulu pendapat masyarakat umum, apakah melalui perwakilannya
> (DPRD)m bahkan Lembaga Nasional yang terhormat di MPR/DPR.  Aoakah memang
> kehormatan dan kemegahan lembaga ini sudah tidak bisa atau tidak dihormati
> pendapatnya lagi?  Alangkah menyedihkannya bila memang demikian.  TRR bukan
> hanya sekedar Taman Biasa tetapi TRR memupnyai fungsi pendukung kemegahan
> kompleks Gedung MPR/DPR tsb. Apakah tega beliau-2 yang hanya karena banyak
> uangnya (modal) merusak 'kehormatan bangsa?).
> Di mana lagi masyarakat biasa bisa mendapatkan taman (meski pasif sejedar
> penghias dan penyerasi fungsi lingkungan?) Apakah TRR atau taman semacam itu
> TIDAK PENTING? Sungguh mengherankan! Sanpai hati benar "mereka" itu merusak
> Ruang yang seharsunya TETAP HIJAU demi kesehatan jiwa dan raga
> masyarakatnya.
>
> Saya pribadi yang kebetulan merupakan bagian dari sejarah dibangunnya TRR
> (tahun 1968 - selesai) ikut 'memilih jenis tanaman dengan mondar mandir
> Jakarta - Bogor, menyimpan sementara di kebun bibit proyek, memelihara
> dengan hati-2 bak seorang bayi baru lahir, sampai menanam dgn susah payah
> (transfer pohon-2 besar menggunakan crane atau peralatan sederhana),
> sehingga bisa hidup-tumbuh berkembang dan bermanfaat bagi banyak orang,
> benar-2 sungguh merupakan suatu usaha yang luar biasa.  Tetapi dengan begitu
> saja ditebang semena-2 oleh para investor rakus, yang ternyata menjadi
> berantakan karena TIDAK LAKU, sekarang bahkan mau ditutup dgn struktur MAL
> yang biasanya 'buruk rupa' ?.
>
> Saya himbau seluruh masyarakat yang mencintai hidup sehat di kota yang
> semakin semrawut ini untuk 'melawan pembangunan yang salah' yang pasti akan
> menyendarakan orang banyak dibanding segelintis "manusia mall" yang sangat
> konsumeristis, menyebabkan kemacetan luarbiasa (sekarang saja sudah terjadi
> hampir setiap hari).  Akankah kitabener-2 mau bunuh diri?  biaya kesehatan
> semakin meningkat meski sebenarnya sakit itu sebagian besar 'bukan karena
> ulah kita' tetapi akibat rusaknya funsi lingkungan hidup.
> Tuhan tolong kami yang masih mau hidup dgn sehat, tenang, nyaman dan
> bahagia.  Amin.
>
> Maaf bagi mereka yang tak berkenan dgn tulisan panjang ini, semoga curahan
> hati dengan penuh rasa kesedihan ini dapat menyadarkan mereka-2 yang 'rakus'
> dengan pembangunan yang tak rasional lagi.
> Pak Gubernur Fauzi Bowo yang kami hormati, tolong batalkan rencana
> pembanguna di lahan TRR ini.
> Terimakasih dan Salam Hijau Lestari,
> Ning Purnomohadi
> Arsitek Lansekap dan Manajemen SDA & Lingkungan
> ----------------------------------------------
> Senin, 19/07/2010 10:57 WIB Konsep Pembangunan Mal Pemprov DKI Dipertanyakan
>
> Jakarta - Rencana pembangunan mal di Taman Ria Senayan memicu pertanyaan
> tentang konsep pembangunan mal yang dimiliki Pemprov DKI Jakarta. Rencana
> mal di Taman Ria Senayan menunjukkan betapa kacaunya konsep pembangunan mal
> di ibukota.
>
> "Ada nggak sih konsep pemerintah untuk mal? Ini di mana saja boleh bikin
> mal," kata pengamat tata kota dari Universitas Tarumanegara, Suryono
> Herlambang, saat dihubungi detikcom, Senin (19/7/2010).
>
> Suryono menilai, pemberian izin mendirikan bangunan (IMB) oleh Pemprov DKI
> untuk pembangunan mal di Taman Ria Senayan menujukkan kotradiksi tentang
> ruang hijau.
>
> "Pemprov bilang kita butuh ruang hijau, tapi izin pembangunan itu ada. Itu
> kontradiksi," kata dia.
>
> Ia menjelaskan, konsep pembangunan kawasan Senayan oleh Presiden Soekarno,
> arsitek Gelora Bung Karno, adalah untuk pusat kegiatan publik. Karenanya,
> pembangunan mal di kawasan dengan luas 300-400 hektar itu bisa menyalahi
> konsepsi awal.
>
> "Era Soekarno itu buat central park, buat civic activity," jelas dia.
> (lrn/fay)
> -----------------------------
> From: "T o T o T" <totot@kompas.co.id>Sent: Monday, July 19, 2010 4:50 PM
> Parlemen Keberatan "Bertetangga" dengan Mall
>
>
> http://nasional.kompas.com/read/2010/07/19/13291113/Parlemen.Keberatan.Bertetangga.dengan.Mall-8
> JAKARTA, KOMPAS.com - Status aset negara, Taman Ria, Senayan, Jakarta
> Selatan, masih dipersoalkan. Kawasan itu, saat ini, tengah dalam tahap
> pembangunan yang kabarnya akan dibuat pusat bisnis dan pertokoan.
>
> Wakil Ketua DPR, Pramono Anung mengatakan, seluruh aset negara tak bisa
> dialihfungsikan. "Seluruh aset negara baik di bawah Setneg atau Gubernur,
> tidak boleh dipindahfungsikan diluar kepentingan negara," kata Pramono, di
> Gedung DPR, Jakarta, Senin (19/7/2010).
>
> Kawasan Taman Ria, kata Pramono, harus menjadi daerah hijau. "Maka, kami
> kaget ketika akan dilakukan pembangunan pusat perbelanjaan dan pertokoan.
> Ini harus direevaluasi. Kami, dari DPR, MPR dan DPD keberatan kalau
> disebelah (Kompleks Parlemen) ada mall," ujarnya.
>
> Oleh karena itu, tiga lembaga perwakilan akan mempertanyakan pembangunan
> yang tengah berlangsung. Sinyalemen bahwa pembangunan pusat bisnis itu sudah
> disetujui pimpinan DPR 2004-2009, menurut Pramono, tidak bisa dijadikan
> pembenaran.
>
> "Persetujuan oleh Pimpinan DPR yang dulu tidak berlaku. Karena Pimpinan DPR
> tidak bisa mengambil keputusan terhadap aset negara," kata Pramono.
>
> Komisi II DPR, hari ini juga menggelar rapat dengan pihak Sekretariat Negara
> untuk mendapatkan kejelasan pembangunan kawasan Taman Ria Senayan.
> ------------------------------------
> Senin, 19/07/2010 10:24 WIB
> Jika Ada Mal, Kemacetan Taman Ria Senayan Bisa Seperti Depan Plaza Semanggi
> Laurencius Simanjuntak - detikNews
>
>
>
> Jakarta - Rencana pembangunan mal di komplek Taman Ria Senayan dinilai bisa
> berdampak serius bagi kemacetan ibukota. Jika mal benar-benar dibangun di
> kawasan itu, maka kemacetan di Jl Gatot Subroto bisa bernasib sama dengan
> yang di depan Plaza Semanggi.
>
> "Bisa terjadi seperti di depan Plaza Semanggi saat sore hari," kata pengamat
> tata kota dari Universitas Tarumanegara, Suryono Herlambang, kepada
> detikcom, Senin (19/7/2010).
>
> Seperti diketahui, saat kemacetan mulai melanda Jl Gatot Subroto di depan
> Plaza Semanggi pada sore hari, polisi lalu lintas kerap melakukan sistem
> buka tutup bagi kendaraan yang melintas.
>
> "Itu tidak boleh, jalan publik kok dibuka tutup gara-gara mal," kata pria
> yang terkenal sebagai pemerhati mal ini.
>
> Belum lagi, lanjut dia, kawasan Taman Ria Senayan yang bersebelahan dengan
> gedung parlemen berpotensi menambah runyam lalu lintas di Jl Gatot Subroto.
>
> "Nggak layak mal di sebelah gedung parlemen yang jadi ruang buat
> demonstrasi," kata dia. (lrn/fay)
> -----------------------------------------
> Senin, 19/07/2010 09:42 WIB
> Transportasi Umum di Senayan Minim, Mal di Taman Ria Bikin Tambah Macet
> Laurencius Simanjuntak - detikNews
>
>
>
> Jakarta - Rencana pembangunan mal di kompleks Taman Ria Senayan terus
> dikritik. Tidak hanya dari segi lingkungan, rencana itu juga dinilai
> berdampak negatif bagi lalu lintas di kawasan Senayan.
>
> Ketua Umum Masyarakat Transportasi Indonesia, Danang Parikesit, menjelaskan,
> pembangunan mal baru harus diselaraskan dengan sarana transportasi angkutan
> umum di wilayah tersebut.
>
> "Di Taman Ria koneksi angkutan umum sangat terbatas, tentu dampak negatif
> semakin besar, pasti akan timbul kemacetan," kata Danang saat berbincang
> dengan detikcom, Senin (19/7/2010).
>
> Seperti diketahui, kawasan Senayan saat ini sudah berdiri 5 mal yaitu
> Senayan City, Plaza Senayan, FX, Senayan Trade Center, dan Ratu Plaza. Di
> kawasan mal tersebut diketahui juga minim transportasi umum.
>
> "Mal di kawasan Senayan lebih banyak untuk fasilitas kendaraan pribadi, itu
> yang kita sayangkan. Padahal gedung dengan keramaian publik yang tinggi
> harusnya didekatkan dengan angkutan umum," kata Danang.
>
> Selain itu, kata Danang, Pemprov DKI juga harus memberi rambu-rambu yang
> ketat dalam analisis dampak lalu lintas. Pemerintah harus memberikan ambang
> batas kemacetan yang tegas bagi para pengembang yang ingin membangun mal di
> kawasan Taman Ria Senayan.
>
> "Apapun pembangunan yang dilakukan, ambang batas kemacetan itu harus
> dilampaui," kata Danang menambahkan analisis dampak lalu lintas masih jadi
> wilayah abu-abu antara pemerintah dan pengembang.
>
> Tanah Taman Ria Senayan adalah milik pemerintah. Kawasan tersebut disewa
> oleh Grup Lippo selama 30 tahun mendatang untuk dibangun kawasan
> terintegrasi, termasuk mal. DPR yang bertetangga dengan kawasan itu tidak
> setuju dengan pembangunan itu karena kawasan itu termasuk kompleks DPR/MPR.
> (lrn/nrl)
> ----------------------------------
> Senin, 19/07/2010 09:24 WIB
> Senayan Overload Mal, Taman Ria Disarankan Jadi Kawasan Hijau
> Indra Subagja - detikNews
>
> Jakarta - Desakan DPR agar pemerintah tidak mengizinkan kawasan Taman Ria
> Senayan menjadi mal didukung DPRD DKI Jakarta. Sebab kawasan Senayan sudah
> terlalu banyak mal.
>
> "Kalau saya sebenarnya menyayangkan kawasan Senayan buat mal lagi. Itu
> kawasan resapan dan kawasan terbuka hijau. Sebaiknya dipakai untuk ruang
> terbuka hijau atau untuk lahan interaksi warga saja," kata Wakil Ketua DPRD
> DKI, Triwisaksana, saat dihubungi detikcom, Senin (19/7/2010).
>
> Politisi asal PKS ini menjelaskan, untuk kawasan Senayan saja tercatat sudah
> ada sekitar 5 mal yaitu Plaza Senayan, Senayan City, Senayan Trade Center,
> Ratu Plaza, dan Mal FX.
>
> "Mal sudah overload, jadi walaupun mal ikut serta dalam serta pertumbuhan di
> Jakarta, sebaiknya jangan dipaksakan," imbuhnya.
>
> Apa ini artinya pembangun mal akan distop di Jakarta? "Itu butuh kajian,
> namun kita meminta sebaiknya diperbanyak kawasan ruang terbuka hijau," jawab
> Triwisaksana.
>
> Tanah Taman Ria Senayan milik pemerintah disewakan pada Grup Lippo selama 30
> tahun. Kawasan itu akan dibangun kawasan terintegrasi, termasuk mal. Ketua
> DPR Marzuki Alie pun mengaku keberatan karena status tanah itu yang milik
> negara. Selain itu DPR ingin kawasan Senayan menjadi kawasan MPR, DPR, dan
> DPD yang ramah lingkungan dan terhindar dari kemacetan. (ndr/nrl)
> -----------------------
> Senin, 19/07/2010 07:52 WIB
> DPR Kritik Kebijakan Foke Atasi Kemacetan Jakarta
> Elvan Dany Sutrisno - detikNews
>
>
> (Foto: dok detikcom)
>
> Jakarta - DPR RI mempertanyakan kebijakan Gubernur DKI Fauzi Bowo dalam
> mengatasi kemacetan Jakarta. Wakil Rakyat dari berbagai daerah ini kecewa
> karena setiap hari harus berhadapan dengan kemacetan Ibukota.
>
> "Coba lihat saja segala rencana untuk mengurangi kemacetan tidak ada yang
> jalan. Berapa banyak kita lihat tiang-tiang untuk pembangunan monorail
> menjadi mangkrak di jalan saja," keluh Wakil Ketua DPR Taufik Kurniawan
> kepada detikcom, Senin (19/7/2010).
>
> Taufik mempertanyakan konsistensi Foke dalam mengatasi kemacetan. Pasalnya
> kampanye Foke yang menjanjikan Jakarta bebas macet tak kunjung terealisasi.
>
> "Konsistensi Pemda DKI yang harus jadi perhatian kita semua. Tingkat
> kedisiplinan tentang tata ruang, daerah resapan dan sebagainya jangan
> ditabrakkan, jangan dijadikan mal semua. Ini akan membawa konsekuensi
> kemacetan," keluh Taufik lagi.
>
> Keluhan senada disampaikan Ketua DPR Marzuki Alie. Marzuki mencontohkan,
> Foke bahkan tak menyentuh daerah rawan macet dengan solusi cerdas.
>
> "Tengok saja bagaimana mungkin di depan Mal Ambassador Casablanca yang
> menjadi sumber kemacetan itu bisa bertahun-tahun dibiarkan tanpa ada
> jembatan penyeberangan. Langkah membangun jembatan ini kan upaya ringan,
> tapi itu saja tidak dikerjakan," kritik Marzuki.
>
> Marzuki mendesak Foke menaati setiap aturan tata kota. Semua yang melanggar,
> Marzuki mengingatkan, pasti ada konsekuensinya.
>
> "Di Swiss, pelaksanaan aturan konsisten, tidak mudah orang merubah atau
> melanggar aturan, sangat luar biasa. Bangunan di sini walaupun kuno tapi
> tertata rapi karena pemerintah tidak bisa merubah aturan seenaknya.
> Jangankan menggunakan lahan sembarangan, menebang satu pohon saja tanpa izin
> untuk mendirikan bangunan dendanya bisa mencapai puluhan ribu dollar," tukas
> politisi Partai Demokrat (PD) ini.
> (van/nwk)
> ------------------------
> -- You received this message because you are subscribed to the Google Groups "GreenLifestyle" group - Share this email!
> To post to this group, send email to greenlifestyle@googlegroups.com
> To unsubscribe from this group, send email to greenlifestyle-unsubscribe@googlegroups.com
> For more options, visit this group at http://groups.google.com/group/greenlifestyle?hl=id
>
> -- You received this message because you are subscribed to the Google Groups "GreenLifestyle" group - Share this email!
> To post to this group, send email to greenlifestyle@googlegroups.com
> To unsubscribe from this group, send email to greenlifestyle-unsubscribe@googlegroups.com
> For more options, visit this group at http://groups.google.com/group/greenlifestyle?hl=id
>

-- You received this message because you are subscribed to the Google Groups "GreenLifestyle" group - Share this email!
To post to this group, send email to greenlifestyle@googlegroups.com
To unsubscribe from this group, send email to greenlifestyle-unsubscribe@googlegroups.com
For more options, visit this group at http://groups.google.com/group/greenlifestyle?hl=id