Bapak Husin Yusuf yang saya hormati,
Terimakasih atas komentar bapak yang sangat menyejukkan dan usulan yang rasional. Semoga Tuhan memberkati bapak dan keluarga kesehatan lahir dan bathin, sehingga selama kita masih hidup masih bisa bermanfaat bagi diri sendiri, orang lain, bangsa dan LH kita bersama. Amiin.
Saya juga sudah mendapat diukungan moril semacam dari beberapa kawan yang benar-2 tau ' atau mengerti akar permasalahan sebetulnya', bukan sekedar mencari PELUANG kerja di jaman yang serba sulit ini, misalnya, tapi lebih jauh dan lebih mulia selain urusan 'income' yang seharusnya bisa kreatif diciptakan sendiri (seperti yang sudah bapak lakukan dengan 'saung kagura" nya), adalah terbentuknya Jakarta yang istilah umumnya 'clean & green' yang arti ringkasnya "kota yang kondusif untuk mendukung kehidupan manusia danbiota lain, secara serasi, aman, nyaman, indah dan produktif' seperti "kota-2 sehat" lain di dunia, sehingga kita semua terutama anak-2 balita dan generasi muda yang relatif umurnya lebih panjang, dapat hidup sehat dan bahagia di dalam kota yang sehat (bersih) LHnya dan hidup bahagia jiwanya penuh ketenangan dan keindahan di sekelilingnya (makanan rokhani). Tak seperti sekarang timbunya berbagai "penyakit" yang umumnya mengenai akan kecil dan pemuda (autis, DBD, Chikunguya, ISPA, penyakit-2 kulit, menurunya kualitas sperma dan sel telur, dan banyak lagi!).
Tetapi pak, melihat prosesnya sudah sebegitu jauh dan kekeuhnya para pejabat pengambil keputusan yang sangat menentukan, nampaknya kita seperti dan pasti akan terbentur pada tembok Berlin (yang sudah diruntuhkan juga karena rasa kemanusiaan), atau kita mau bangun tembok seperti bangsa Israel yang membatasi diri dari lawannya (bangsa Palestina) yang ingin hidup sendiri dan senang sendiri (egois) di dunia ini yang pasti menyalahi petunjuk Allah swt, dari sudut pandang agama apapun yang ada di dunia ini. Rasanya tembok egoisme itu yang akan menghalangi upaya kita agar seharusnya kita bisa berfikir lebih rasional, demi kepentingan hidup kita sendiri yang berkualitas, bukan hanya mengejar kenikmatan ekonomis jangkan pendek semata, itupun hanya bagi segelintir orang yang terus rakus mengejar kenikmatan sesaat dengan merugikan LH umumnya.
Ringkasnya sejak awal saya sudah merasa pesimistis karena pengalaman hidup selama ini, di mana 'masyarakat' yang lemah akan selalu dilindas oleh ketamakan para pengatur negara, pengambil keputusan atau yangbiasa disarukan dnegan KEBIJAKAN' yang sama sekali tidak bijak! dan tak memihak pada kebutuhan masyarakat umum. Banyak yang mendukung tetapi energi saya rasanya sudah hampir habis, saya serahkan kepada mereka yang muda-2 untuk terus berfikir logis dan manusiawi dalam persoalan bangsa umumnya yang di segala bidang sungguh ruwet dan amburadul Kenapa bangsa ini tak bisa bangkit seperti negara lain, contonya Vietnam, Malaysia, Singapore, bahkan China dan India yang kedua terakhir ini pun hampir sama persolannya yaitu dihadapkan pada persoalan banyak-penduduknya. Saya hanya bisa terus berusaha dalam skala-2 kecil apa yang masihbisa saya kerjakan, tentu dengan dukungan doa kepada Tuhan YME, semoga 'beliau' segera mengingatkan' mereka-2 yang tamak itu agar memikirkan juga kemaslahatan orang banyak. Amin.
Begitu dulu pak HY yang baik, sekali lagi terimakasih. Anggap saja tulisan yang sudah terlanjur ke mana-2 itu merupakan curahan hati yang sedih dan prihatin dengan kejadian yang kebetulan sangat terkait dengan perjalanan sejarah kehidupan pribadi saya. Banyak sudah kejadian semacam tapi tidak se-menyentuh' perasaan probadi saya.
Entah mau dibawa kemana negeri ini? Hutan (beserta isinya) seudah hampir habis, puolusi terjadi di mana2, sama juga dengan keadilan yang jauh dari harapan kita smeua. Semoga Allah swt selalu menunjukkan jalan yangbenar kepada kita smeua. Amin. Marilah kita berbuat sebaik mungkin walau sekecil apapun misal hanya menanam cabai dll yang memungkinkan di halaman kita sendiri, untuk konsumsi sendiri (terbatas) dgn harapan untuk tidak merusak tatanan keseimbangan dan keserasian ekositem kita bersama.
Salam Hijau Lestari, maaf jadi terlalu panjang, saya rasa cukup di sini, terserah mereka yang sedang berkuasa.
Bagi yang tak berkenan mohon di DEL saja.
Ning P
--------------------
From: husin yusuf To: greenlifestyle@googlegroups.com Sent: Tuesday, July 20, 2010 10:35 PM
Subject: Parlemen Keberatan "Bertetangga" dengan Mall
Sungguh tersentuh ungkapan yang Ibu paparkan dalam subjek pengalihan fungsi TRR dalan area sekitar Gedung MPR-DPR ini. Sebagai anggota masyarakat dengan latar belakang pendidikan yang seadanya namun sempat ikut walau dalam skala micro pada proses penbangunan MPR-DPR yang dulunya ditahun pembangunannya 1965 disebut Projek Conefo, yang dimotori oleh Bpk. Ir. Sutami (Alm) dan Arsitek Bpk. Ir. Suyudi (Alm), sangat prihatin atas kebijakan lanjutan yang diputuskan terhadap Lingkungan megah-bersejarah ini, dimana seyogianya kemegahan ini patut kita persembahkan-wariskan kepada anak cucu kita.
Kalau kita mengudara diatas kota Jakarta saat ini, kita bisa merasakan bahwa Jakarta ini telah menjadi Kota GUNUNG BATU dengan cemented layer yang demikian tinggi, dan tidak ada lagi ruang hijau yang menyejukkan mata. Kenapa hal ini bisa terjadi ......... menurut kami, karena proses pengambilan keputusan lebih didasarkan atas dasar pertimbangan ekonomi yang berpola pada WIN-WIN Solution. Kalau dua2-nya UNTUNG apakah ini tidak bertentangan dengan Hukum Alam SEBAB-AKIBAT, sehingga pertanyaannya siapa yang MERUGI. Yang merugi adalah MASYARAKAT-ALAM-MASA DEPAN.
Menurut ahli lingkungan beberapa spot di kota JKT telah kekurangan oksigen dan sudah lumrah dikatakan udaranya kotor, sehingga pejalan kaki ataupun pengendara sepeda motor harus memakai penutup hidung untuk mendapatkan udara yang sedikit itu tapi bersih.
Kalau keadaan ini dibiarkan terus, bukan tidak mungkin bahwa ditahun-tahun 2030 (mungkin kita sudah didunia kedua) anak2 kesekolah harus membawa kantong oksigen disamping gelas air yang sudah terbiasa dibawa saat ini dan pengendara sepeda motor harus membawa tabung oksigen dipunggungnya seperti orang hidup dibulan. Apakah keadaan ini yang akan kita wariskan kepada anak cucu kita?
Ibu Ning yang saya hormati.
Himbauan dengan tulisan, melalui Seminar sudah banyak diutarakan hal2 seperti ini, tapi Pengambil keputusan tetap melakukan Kebijakan yang A-populer Apakah menurut Ibu sebaiknya kita membuat himbauan secara bersama-sama, apakah namanya Petisi atau Saran kepada Pengambil Keputusan agar hal seperti TRR ini jangan sampai terjadi.
Himbauan dengan tulisan, melalui Seminar sudah banyak diutarakan hal2 seperti ini, tapi Pengambil keputusan tetap melakukan Kebijakan yang A-populer Apakah menurut Ibu sebaiknya kita membuat himbauan secara bersama-sama, apakah namanya Petisi atau Saran kepada Pengambil Keputusan agar hal seperti TRR ini jangan sampai terjadi.
Himbaun ini kita minta pendapat masyarakat akademik maupun perseorangan baik melalui milis GLS maupun FB, setelah terkumpul kita kirimkan kepada Pengambil Keputusan. Kami berkeyakinan Ibu mampu mengajak yang berpikir normatif untuk memahami dan menyetujui gagasan ini, dan jika Ibu sependapat terhadap langkah ini , saya adalah orang pertama yang mengatakan "yes".
Memang ada secuil suara positif di Gd. DPR, namun seperti biasanya suara2 seperti itu hanyut tertelan badai politis
Semoga Ibu sehat selalu. Wassalam RSPV.
From: ning purnomohadi prasetyo@centrin.net.idTo: greenlifestyle@googlegroups.com
Sent: Mon, July 19, 2010 5:56:41 PM
Subject: Parlemen Keberatan "Bertetangga" dengan Mall gat
Dear bang Eriell Salim,
Terimakasih banyak atas komentarnya - smeoga mereka yang berwenang MAU mendengar curahan hati yang meskipun nampak sangat individual sebenarnya bisa mewakili orang-2 yang masih berakal sehat, terutama untuk terbentuknya sikon LH yang lebih sehat dalam arti kuas.
Ya mas saya sudah pernah berjuang, ikut menyelinap waktu fungsi TRR ini dibahas akan djadikan sentra hiburan entertainment) yang megah sekitar 30-an tahun lalu. Saya bilang bahwa kawasan ini akan 'hancur' bila dipakai untuk berbagai keperluan komersial dengan banguna-2 'aneh' dan sama sekali tak mendukung eksistensi gedung-2 "megah dan berwibawa" sebagai latar belakang tapak (site) tsb. Akhirnya kan benar seperti saya katakan, fasilitas hiburan itu (termasuk berbagai rumah makan) menjadi berantakan, kosong, reatif tak laku dengan berbagai bentuk bangunan yang sama sekali amburadul!
Terus terang dalam 'rapat' pengalihan fungsi TRR tsb (kebetulan saya tau dari teman yang terlibat, sehingga saya memaksa datang), saya menentang habis-2an bahkan hampir menangis rasanya dan membeberkan betapa pentingnya memeprtahankan TRR itu sebagai Taman Pasif untuk memenuhi kebutuhan warga akan RTH, dan mengapa TRR itu dibangun? apalagi dengan kolam buatan yang selain sebagai bagian unsur penyejuk, fungsi lain adalah a.l. fungsi visualisasi sebagai 'penyeimbang' dan pendukung kemegahan gedung-2 sekitarnya terutama MPR/DPR lambang negara tsb.
Konsep dasar filosofinya memang seperti juga pelengkap suatu "site appropriate development" yang MUTLAK harus ada, apalagi di komoleks lambang negara - coba bandingkan dgn pembangunan gedung-2 semacam di Canberra, New Delhi, China/Beijing dan (apalagi) kota-2 di Eropa dan Amerika. Dan nampaknya hampir di semua negara !
Ya harapan saya, semoga pembangunan MALL khususnya di TRR ini DIBATALKAN.saja! Fungsinya dikembalikan sebagai RTH (meski hanya bersifat pasif), artinya merupakan unsur penyeimbang, penenangan dari hiruk pikuknya kemacetan yang hampir berlangsung setiap hari, biarkkanlah TRR itu e=menjadi tujuan masyarakat (terutama ":bawah"), terbuka tanpa pagar, sehingga masyarakat dapat menghirup udara segar dan mencari ketenangan serta bersosialisasi secara sehat!.
Sekali terimakasih mas, salam hijau lestari,
Ning P
----- ----
Sent: Mon, July 19, 2010 5:56:41 PM
Subject: Parlemen Keberatan "Bertetangga" dengan Mall gat
Dear bang Eriell Salim,
Terimakasih banyak atas komentarnya - smeoga mereka yang berwenang MAU mendengar curahan hati yang meskipun nampak sangat individual sebenarnya bisa mewakili orang-2 yang masih berakal sehat, terutama untuk terbentuknya sikon LH yang lebih sehat dalam arti kuas.
Ya mas saya sudah pernah berjuang, ikut menyelinap waktu fungsi TRR ini dibahas akan djadikan sentra hiburan entertainment) yang megah sekitar 30-an tahun lalu. Saya bilang bahwa kawasan ini akan 'hancur' bila dipakai untuk berbagai keperluan komersial dengan banguna-2 'aneh' dan sama sekali tak mendukung eksistensi gedung-2 "megah dan berwibawa" sebagai latar belakang tapak (site) tsb. Akhirnya kan benar seperti saya katakan, fasilitas hiburan itu (termasuk berbagai rumah makan) menjadi berantakan, kosong, reatif tak laku dengan berbagai bentuk bangunan yang sama sekali amburadul!
Terus terang dalam 'rapat' pengalihan fungsi TRR tsb (kebetulan saya tau dari teman yang terlibat, sehingga saya memaksa datang), saya menentang habis-2an bahkan hampir menangis rasanya dan membeberkan betapa pentingnya memeprtahankan TRR itu sebagai Taman Pasif untuk memenuhi kebutuhan warga akan RTH, dan mengapa TRR itu dibangun? apalagi dengan kolam buatan yang selain sebagai bagian unsur penyejuk, fungsi lain adalah a.l. fungsi visualisasi sebagai 'penyeimbang' dan pendukung kemegahan gedung-2 sekitarnya terutama MPR/DPR lambang negara tsb.
Konsep dasar filosofinya memang seperti juga pelengkap suatu "site appropriate development" yang MUTLAK harus ada, apalagi di komoleks lambang negara - coba bandingkan dgn pembangunan gedung-2 semacam di Canberra, New Delhi, China/Beijing dan (apalagi) kota-2 di Eropa dan Amerika. Dan nampaknya hampir di semua negara !
Ya harapan saya, semoga pembangunan MALL khususnya di TRR ini DIBATALKAN.saja! Fungsinya dikembalikan sebagai RTH (meski hanya bersifat pasif), artinya merupakan unsur penyeimbang, penenangan dari hiruk pikuknya kemacetan yang hampir berlangsung setiap hari, biarkkanlah TRR itu e=menjadi tujuan masyarakat (terutama ":bawah"), terbuka tanpa pagar, sehingga masyarakat dapat menghirup udara segar dan mencari ketenangan serta bersosialisasi secara sehat!.
Sekali terimakasih mas, salam hijau lestari,
Ning P
----- ----
From: "Eriell Salim" <eriellsalim@gmail.com>To: <greenlifestyle@googlegroups.com>
Sent: Monday, July 19, 2010 10:27 PM Parlemen Keberatan "Bertetangga" dengan Mall
Gls'ers dan bu Ning yg baik,
Apa yg ibu risaukan ini sebenarnya sdh berlangsung puluhan tahun dan saat ini apa yg diharapkan dr reformasi utk meniadakan praktek2 spt ini malah menjadi subur. Korupsi di era rezim Soeharto 'akhirnya' dpt dikatakan lebih sopan ketimbang sekarang yg tampak nyata terang benderang dan dilakukan secara berjamaah tanpa MALU.
Sent: Monday, July 19, 2010 10:27 PM Parlemen Keberatan "Bertetangga" dengan Mall
Gls'ers dan bu Ning yg baik,
Apa yg ibu risaukan ini sebenarnya sdh berlangsung puluhan tahun dan saat ini apa yg diharapkan dr reformasi utk meniadakan praktek2 spt ini malah menjadi subur. Korupsi di era rezim Soeharto 'akhirnya' dpt dikatakan lebih sopan ketimbang sekarang yg tampak nyata terang benderang dan dilakukan secara berjamaah tanpa MALU.
Sptnya kita sekarang di Indonesia hidup di tengah belantara kerakusan dan ketamakan di mana para pejabat terbiasa menggunakan ukuran uang dari pada pendekatan hati nurani. Siapa yg bayar mahal akan mendapatkan layanan prima dan semua jelas tersebar ke jagad lain. Mereka tdk terlalu peduli dgn Indeks Pemangunan Manusia (IPM) kita yg satu level di bawah negara terjajah Palestina yg sebenarnya memberikan isyarat bahwa kita se-Indonesia kesejahteraannya di bawah Palestina negara kecil yg belum lagi merdeka. Cerita bu Ning tadi sebenarnya adalah gambaran betapa tidak malunya kita membangun ribuan mall yg pada dasarnya tdk punya andil dalam menaikkan IPM sebagai level kesejahteraan. Kalo org betawi bilang yg penting sombong dan nyohor walau miskin, hidup dari hasil korupsi dan meminta-2 yg terjadwal rapih untuk mendapatkan hutang dan bila ada yg memberikan dijarah lagi ramai2 ..... Au ah elap ... ES
---------
From: "ning purnomohadi" <prasetyo@centrin.net.id>Sender: greenlifestyle@googlegroups.com
Date: Mon, 19 Jul 2010 20:17:00
Date: Mon, 19 Jul 2010 20:17:00
Yaaaa Ampuuuuun Gustiiiiiiiiiii, kepada siapa lagi hamba harus mengadu?.
Ternyata bongkar2 di lahan bekas area entertainment (restoran, berbagai
permainan yang 'tidak laku') yang GAGAL TOTAL itu ternyata mau dibangun MAL
to? Duh GUSTI, hamba sama sekali tidak mengerti jalan pikiran para
developer apalagi pejabat Pemda (?) atau aiapa yang memberi IMB tsb ya?
Atau bahkan pengelola kawasan YGBK? Atau bahkan para pejabat Sekretariat
Negara, atau bahkan bapak Presiden dan Ibu yth.MOHON BANTUAN AGAR
PEMBANGUNAN MALL DI TRR INI DIBATALKAN MOHON CARI/P=INDAHKAN DI
KAWASAN/RUANG YANG SESUAI. Darimana IDE mendirikan Mall itu berasal? di
mana hati nurani anda? Sungguh kejam!
Apakah MALLs yang ada sekarang yang mengelilingi kawasan OR Gelora BK itu
MASIH KURANG?
COBA SAYA SEBUT KALAU GA SALAH SUDAH ADA LEBIH DARI YANG DIPERLUKAN!
Mulai dari sekitar Semanggi: sekitar gedung Veteran ("Giant' dkk) yang
hampir setiap sore apalagi hari libur dan akhir pekan SELALU MACET! di Area
CBD, sudak ada Pacific Place dan 'kawan-2nya' sudah ada Supermarket Grand
Lucky, di "depannya" di Jl Jendral Sudirman sudah ada RATU PLAZA, baru-2 ini
FEDEX (ex-gedung KOni di ujung Jl Pintu 1), sebelumnya sudah di bangun PLAZA
SENAYAN (Plasenta) , ber-turut2 berdempetan dengan ITC yang mefgah - bahkan
relatif 'kosong'? lalu dgn megahnya muncul Senayan City (Sensi) yang pasti
membuat jalan A-A (alias jl, pintu 8-9) macet total, tak hanyamalam minggu
tapi jam-2 berangkat dan pulang kantor!......Begitu banyak bangunan beton
yang dinamai MAL - Masih kurang lagi?
Mohon ampun Tuhan akan hambamu yang sungguh kejam, apakah MAL itu dianggap
satu2-nya RUANG rekreasi bagi sekian (1o juta +?) masyarakat Jkt?.. Berapa
dari 10 juta jiwa itu mampu ke MAL selain hanya untuk jalan-2 cuci mata
(mungki hanya mampu membawa bekal dari rumah?) melihat sebagian kecil,
sekelompok bangsanya yang kaya dgn bahagianya MAMPU makan-2 di resto-2
mewah, beli barang bermerk internasional. Namun bukan hanya itu
permaslahannya.
Untuk diketauhi bahwa konsep dasar pembangunan TAMAN RIA REMAJA itu adalah
BAGIAN TAK TERPISAHKAN dengan pembangunan Gedung MPR/DPR - Lambang Negara.
Taman itu dibangun, semula untuk menampung air buangan dari kegiatan
berbagai gedung di kompleks MPR/DPR, termasuk air pendingin AC dari sejumlah
gedung-2 raksasa itu, termasuk air hujan ke dalam 'retention basin' itu.
Wajtu itu dimaksudkan untuk dapat direcycle sebagai sumber air penyiram
tanaman dan pencuci para anggita Dewan yang terhormat, sehingga tidak
menghasilkan air bersih air minum (PAM), banyak sekali manfaatnya. Nah,
untuk keindahannya dirancanglah 'Taman Kolam Pasif' untuk memenuhi kebutuhan
para pemuda khususnya, karena itu disebut TAMAN RIA REMAJA. Ya dalam ukuran
jauh lebih kecil adalah semacam Taman Ayodya di kawasan Barito, Kebayoran
baru yang setiap hari terutama sore dan di hari-2 libur banyak orang
mendatangi taman tsb unturk sekedar duduk-2 atau ngobrol-2 saja.
Untuk kepentingan pembangunan arsitektur lansekap yang menyatu dengan
kemegahan gedung-2 lambang negara sebagai tempat bersidang wakilrakyat YTH.
Merupakan area 'teduh' dan penyeimbang struktur bangunan yang kokoh kaku
itu, sekaligus pelembut dan penyerasi lingkungan. Maka dengan sangat serius
direncanakan dan dirancanglah beberapa area RTH di sekitar gedung termasuk
TRR tsb. Tanaman yang dipilih sebagian besar berasal dari nursery
(pembibitan) Kebun Raya Bogor, disimpan dulu di dalam areal nursery proyek
MPR/DPR itu (di mana sekarang telah berdiri dgn megah hotel Mulia dam gedung
pelatihan badminton) dengan susah payah dalam rangka 'aklimatisasi' agar
mampu menyesuaikan iklim Jakarta yang relatif lebih panas dan kering
dibanding tempat asalnya
Masih dapat dibayangkan setelah 5-6 tahun saja betapa nyamannya TRR tsb.
Apalagi dilengkapi dgn sedikit permainan berupa sepeda air, jalur KA mini,
yang meliuk-2 di antara bukit-2 buatan, pemuda / pemudi ngobrol di bawah
keteduhan pepohonan yang sengaja ditanam 'transparan' juga beberapa keluarga
datang berpiknik ria, atau sekedar jalan kaki dan jogging di atas perkerasan
jalan2 kecil yang melingkar juga di tepian air masuk lagi di antara
perbukitan (sengaja dibangun dgn sistem 'cut & fill' memakai tanah bekas
galian untuk kolam, dst.. Selain pohon dilengkapi pula dengan perdu dan
semak serta rumput gajah (paitan) dan tanaman hias lain.
Kapan kita bisa menghargai karya 'anak bangsa yang istimewa' seperti Bung
Karno, Arsitek kenamaan, bapak Sujudi Alm, Bpk Rahmat Wiriadisurya Alm
(waktu itu merangkan Dirjen Cipta Karya PU), Bapak Han Awal, aristek
lansekap: Bpk Slamet Wirasonjaya, dan banyak lagi arsitek atau ahli-2 junior
untuk konstruksi dan engineering pada umumnya anak bangsa sendiri yang
sekarang menjadi ahli-2 senior yang bergiliran dengan sukses membimbing
jyang lebih junior lagi, dst.
Pembangun TRR mempunyai fungsi penting berdasar KONSEP UTAMA SEMULA selain
sebagai fungsi ekologis yaitu mendukung karakter aristektural yang 'MEGAH'
dari konsep gedung MPR/DPR yang menyatu pula dengan kompleks kantor
Kehutanan Manggala Wana Bhakti yang juga megah. Apakah developer Mal dan
pejabat yang memberi Ijin mau merusak kawasan megah tsb menjadi kompleks
bangunan publik yang bukan merupakan lambang negara? Betul seperti komentar
salah satu yang menulis: MENGAPA TAK DIBANGUN SAJA MAL DI MONAS SAJA, ATAU
BAHKAN DI HALAMAN ISTANA NEGARA, ATAU DI DEKAT GEDUNGBALAIKOTA DKI yang
megah itu?
Nampaknya rancangan pembangunan MAL di areal TRR itu tidak transparan,
tidak meminta dahulu pendapat masyarakat umum, apakah melalui perwakilannya
(DPRD)m bahkan Lembaga Nasional yang terhormat di MPR/DPR. Aoakah memang
kehormatan dan kemegahan lembaga ini sudah tidak bisa atau tidak dihormati
pendapatnya lagi? Alangkah menyedihkannya bila memang demikian. TRR bukan
hanya sekedar Taman Biasa tetapi TRR memupnyai fungsi pendukung kemegahan
kompleks Gedung MPR/DPR tsb. Apakah tega beliau-2 yang hanya karena banyak
uangnya (modal) merusak 'kehormatan bangsa?).
Di mana lagi masyarakat biasa bisa mendapatkan taman (meski pasif sejedar
penghias dan penyerasi fungsi lingkungan?) Apakah TRR atau taman semacam itu
TIDAK PENTING? Sungguh mengherankan! Sanpai hati benar "mereka" itu merusak
Ruang yang seharsunya TETAP HIJAU demi kesehatan jiwa dan raga
masyarakatnya.
Saya pribadi yang kebetulan merupakan bagian dari sejarah dibangunnya TRR
(tahun 1968 - selesai) ikut 'memilih jenis tanaman dengan mondar mandir
Jakarta - Bogor, menyimpan sementara di kebun bibit proyek, memelihara
dengan hati-2 bak seorang bayi baru lahir, sampai menanam dgn susah payah
(transfer pohon-2 besar menggunakan crane atau peralatan sederhana),
sehingga bisa hidup-tumbuh berkembang dan bermanfaat bagi banyak orang,
benar-2 sungguh merupakan suatu usaha yang luar biasa. Tetapi dengan begitu
saja ditebang semena-2 oleh para investor rakus, yang ternyata menjadi
berantakan karena TIDAK LAKU, sekarang bahkan mau ditutup dgn struktur MAL
yang biasanya 'buruk rupa' ?.
Saya himbau seluruh masyarakat yang mencintai hidup sehat di kota yang
semakin semrawut ini untuk 'melawan pembangunan yang salah' yang pasti akan
menyendarakan orang banyak dibanding segelintis "manusia mall" yang sangat
konsumeristis, menyebabkan kemacetan luarbiasa (sekarang saja sudah terjadi
hampir setiap hari). Akankah kitabener-2 mau bunuh diri? biaya kesehatan
semakin meningkat meski sebenarnya sakit itu sebagian besar 'bukan karena
ulah kita' tetapi akibat rusaknya funsi lingkungan hidup.
Tuhan tolong kami yang masih mau hidup dgn sehat, tenang, nyaman dan
bahagia. Amin.
Maaf bagi mereka yang tak berkenan dgn tulisan panjang ini, semoga curahan
hati dengan penuh rasa kesedihan ini dapat menyadarkan mereka-2 yang 'rakus'
dengan pembangunan yang tak rasional lagi.
Pak Gubernur Fauzi Bowo yang kami hormati, tolong batalkan rencana
pembanguna di lahan TRR ini. Terimakasih dan Salam Hijau Lestari,
Ning Purnomohadi (Arsitek Lansekap dan Manajemen SDA & Lingkungan)
----------------------------------------------
Senin, 19/07/2010 10:57 WIB Konsep Pembangunan Mal Pemprov DKI Dipertanyakan
Jakarta - Rencana pembangunan mal di Taman Ria Senayan memicu pertanyaan
tentang konsep pembangunan mal yang dimiliki Pemprov DKI Jakarta. Rencana
mal di Taman Ria Senayan menunjukkan betapa kacaunya konsep pembangunan mal
di ibukota.
"Ada nggak sih konsep pemerintah untuk mal? Ini di mana saja boleh bikin
mal," kata pengamat tata kota dari Universitas Tarumanegara, Suryono
Herlambang, saat dihubungi detikcom, Senin (19/7/2010).
Suryono menilai, pemberian izin mendirikan bangunan (IMB) oleh Pemprov DKI
untuk pembangunan mal di Taman Ria Senayan menujukkan kotradiksi tentang
ruang hijau.
"Pemprov bilang kita butuh ruang hijau, tapi izin pembangunan itu ada. Itu
kontradiksi," kata dia.
Ia menjelaskan, konsep pembangunan kawasan Senayan oleh Presiden Soekarno,
arsitek Gelora Bung Karno, adalah untuk pusat kegiatan publik. Karenanya,
pembangunan mal di kawasan dengan luas 300-400 hektar itu bisa menyalahi
konsepsi awal.
"Era Soekarno itu buat central park, buat civic activity," jelas dia. (lrn/fay)
-----------------------------
From: "T o T o T" <totot@kompas.co.id>Sent: Monday, July 19, 2010 4:50 PM
http://nasional.kompas.com/read/2010/07/19/13291113/Parlemen.Keberatan.Bertetangga.dengan.Mall-8
JAKARTA, KOMPAS.com - Status aset negara, Taman Ria, Senayan, Jakarta
Selatan, masih dipersoalkan. Kawasan itu, saat ini, tengah dalam tahap
pembangunan yang kabarnya akan dibuat pusat bisnis dan pertokoan.
Wakil Ketua DPR, Pramono Anung mengatakan, seluruh aset negara tak bisa
dialihfungsikan. "Seluruh aset negara baik di bawah Setneg atau Gubernur,
tidak boleh dipindahfungsikan diluar kepentingan negara," kata Pramono, di
Gedung DPR, Jakarta, Senin (19/7/2010).
Kawasan Taman Ria, kata Pramono, harus menjadi daerah hijau. "Maka, kami
kaget ketika akan dilakukan pembangunan pusat perbelanjaan dan pertokoan.
Ini harus direevaluasi. Kami, dari DPR, MPR dan DPD keberatan kalau
di sebelah (Kompleks Parlemen) ada mall," ujarnya.
Oleh karena itu, tiga lembaga perwakilan akan mempertanyakan pembangunan
yang tengah berlangsung. Sinyalemen bahwa pembangunan pusat bisnis itu sudah
disetujui pimpinan DPR 2004-2009, menurut Pramono, tidak bisa dijadikan
pembenaran.
"Persetujuan oleh Pimpinan DPR yang dulu tidak berlaku. Karena Pimpinan DPR
tidak bisa mengambil keputusan terhadap aset negara," kata Pramono.
Komisi II DPR, hari ini juga menggelar rapat dengan pihak Sekretariat Negara
untuk mendapatkan kejelasan pembangunan kawasan Taman Ria Senayan.
------------------------------------
Senin, 19/07/2010 10:24 WIB
Jika Ada Mal, Kemacetan Taman Ria Senayan Bisa Seperti Depan Plaza Semanggi
Laurencius Simanjuntak - detikNews
Jakarta - Rencana pembangunan mal di komplek Taman Ria Senayan dinilai bisa
berdampak serius bagi kemacetan ibukota. Jika mal benar-benar dibangun di
kawasan itu, maka kemacetan di Jl Gatot Subroto bisa bernasib sama dengan
yang di depan Plaza Semanggi.
"Bisa terjadi seperti di depan Plaza Semanggi saat sore hari," kata pengamat
tata kota dari Universitas Tarumanegara, Suryono Herlambang, kepada
detikcom, Senin (19/7/2010).
Seperti diketahui, saat kemacetan mulai melanda Jl Gatot Subroto di depan
Ternyata bongkar2 di lahan bekas area entertainment (restoran, berbagai
permainan yang 'tidak laku') yang GAGAL TOTAL itu ternyata mau dibangun MAL
to? Duh GUSTI, hamba sama sekali tidak mengerti jalan pikiran para
developer apalagi pejabat Pemda (?) atau aiapa yang memberi IMB tsb ya?
Atau bahkan pengelola kawasan YGBK? Atau bahkan para pejabat Sekretariat
Negara, atau bahkan bapak Presiden dan Ibu yth.MOHON BANTUAN AGAR
PEMBANGUNAN MALL DI TRR INI DIBATALKAN MOHON CARI/P=INDAHKAN DI
KAWASAN/RUANG YANG SESUAI. Darimana IDE mendirikan Mall itu berasal? di
mana hati nurani anda? Sungguh kejam!
Apakah MALLs yang ada sekarang yang mengelilingi kawasan OR Gelora BK itu
MASIH KURANG?
COBA SAYA SEBUT KALAU GA SALAH SUDAH ADA LEBIH DARI YANG DIPERLUKAN!
Mulai dari sekitar Semanggi: sekitar gedung Veteran ("Giant' dkk) yang
hampir setiap sore apalagi hari libur dan akhir pekan SELALU MACET! di Area
CBD, sudak ada Pacific Place dan 'kawan-2nya' sudah ada Supermarket Grand
Lucky, di "depannya" di Jl Jendral Sudirman sudah ada RATU PLAZA, baru-2 ini
FEDEX (ex-gedung KOni di ujung Jl Pintu 1), sebelumnya sudah di bangun PLAZA
SENAYAN (Plasenta) , ber-turut2 berdempetan dengan ITC yang mefgah - bahkan
relatif 'kosong'? lalu dgn megahnya muncul Senayan City (Sensi) yang pasti
membuat jalan A-A (alias jl, pintu 8-9) macet total, tak hanyamalam minggu
tapi jam-2 berangkat dan pulang kantor!......Begitu banyak bangunan beton
yang dinamai MAL - Masih kurang lagi?
Mohon ampun Tuhan akan hambamu yang sungguh kejam, apakah MAL itu dianggap
satu2-nya RUANG rekreasi bagi sekian (1o juta +?) masyarakat Jkt?.. Berapa
dari 10 juta jiwa itu mampu ke MAL selain hanya untuk jalan-2 cuci mata
(mungki hanya mampu membawa bekal dari rumah?) melihat sebagian kecil,
sekelompok bangsanya yang kaya dgn bahagianya MAMPU makan-2 di resto-2
mewah, beli barang bermerk internasional. Namun bukan hanya itu
permaslahannya.
Untuk diketauhi bahwa konsep dasar pembangunan TAMAN RIA REMAJA itu adalah
BAGIAN TAK TERPISAHKAN dengan pembangunan Gedung MPR/DPR - Lambang Negara.
Taman itu dibangun, semula untuk menampung air buangan dari kegiatan
berbagai gedung di kompleks MPR/DPR, termasuk air pendingin AC dari sejumlah
gedung-2 raksasa itu, termasuk air hujan ke dalam 'retention basin' itu.
Wajtu itu dimaksudkan untuk dapat direcycle sebagai sumber air penyiram
tanaman dan pencuci para anggita Dewan yang terhormat, sehingga tidak
menghasilkan air bersih air minum (PAM), banyak sekali manfaatnya. Nah,
untuk keindahannya dirancanglah 'Taman Kolam Pasif' untuk memenuhi kebutuhan
para pemuda khususnya, karena itu disebut TAMAN RIA REMAJA. Ya dalam ukuran
jauh lebih kecil adalah semacam Taman Ayodya di kawasan Barito, Kebayoran
baru yang setiap hari terutama sore dan di hari-2 libur banyak orang
mendatangi taman tsb unturk sekedar duduk-2 atau ngobrol-2 saja.
Untuk kepentingan pembangunan arsitektur lansekap yang menyatu dengan
kemegahan gedung-2 lambang negara sebagai tempat bersidang wakilrakyat YTH.
Merupakan area 'teduh' dan penyeimbang struktur bangunan yang kokoh kaku
itu, sekaligus pelembut dan penyerasi lingkungan. Maka dengan sangat serius
direncanakan dan dirancanglah beberapa area RTH di sekitar gedung termasuk
TRR tsb. Tanaman yang dipilih sebagian besar berasal dari nursery
(pembibitan) Kebun Raya Bogor, disimpan dulu di dalam areal nursery proyek
MPR/DPR itu (di mana sekarang telah berdiri dgn megah hotel Mulia dam gedung
pelatihan badminton) dengan susah payah dalam rangka 'aklimatisasi' agar
mampu menyesuaikan iklim Jakarta yang relatif lebih panas dan kering
dibanding tempat asalnya
Masih dapat dibayangkan setelah 5-6 tahun saja betapa nyamannya TRR tsb.
Apalagi dilengkapi dgn sedikit permainan berupa sepeda air, jalur KA mini,
yang meliuk-2 di antara bukit-2 buatan, pemuda / pemudi ngobrol di bawah
keteduhan pepohonan yang sengaja ditanam 'transparan' juga beberapa keluarga
datang berpiknik ria, atau sekedar jalan kaki dan jogging di atas perkerasan
jalan2 kecil yang melingkar juga di tepian air masuk lagi di antara
perbukitan (sengaja dibangun dgn sistem 'cut & fill' memakai tanah bekas
galian untuk kolam, dst.. Selain pohon dilengkapi pula dengan perdu dan
semak serta rumput gajah (paitan) dan tanaman hias lain.
Kapan kita bisa menghargai karya 'anak bangsa yang istimewa' seperti Bung
Karno, Arsitek kenamaan, bapak Sujudi Alm, Bpk Rahmat Wiriadisurya Alm
(waktu itu merangkan Dirjen Cipta Karya PU), Bapak Han Awal, aristek
lansekap: Bpk Slamet Wirasonjaya, dan banyak lagi arsitek atau ahli-2 junior
untuk konstruksi dan engineering pada umumnya anak bangsa sendiri yang
sekarang menjadi ahli-2 senior yang bergiliran dengan sukses membimbing
jyang lebih junior lagi, dst.
Pembangun TRR mempunyai fungsi penting berdasar KONSEP UTAMA SEMULA selain
sebagai fungsi ekologis yaitu mendukung karakter aristektural yang 'MEGAH'
dari konsep gedung MPR/DPR yang menyatu pula dengan kompleks kantor
Kehutanan Manggala Wana Bhakti yang juga megah. Apakah developer Mal dan
pejabat yang memberi Ijin mau merusak kawasan megah tsb menjadi kompleks
bangunan publik yang bukan merupakan lambang negara? Betul seperti komentar
salah satu yang menulis: MENGAPA TAK DIBANGUN SAJA MAL DI MONAS SAJA, ATAU
BAHKAN DI HALAMAN ISTANA NEGARA, ATAU DI DEKAT GEDUNGBALAIKOTA DKI yang
megah itu?
Nampaknya rancangan pembangunan MAL di areal TRR itu tidak transparan,
tidak meminta dahulu pendapat masyarakat umum, apakah melalui perwakilannya
(DPRD)m bahkan Lembaga Nasional yang terhormat di MPR/DPR. Aoakah memang
kehormatan dan kemegahan lembaga ini sudah tidak bisa atau tidak dihormati
pendapatnya lagi? Alangkah menyedihkannya bila memang demikian. TRR bukan
hanya sekedar Taman Biasa tetapi TRR memupnyai fungsi pendukung kemegahan
kompleks Gedung MPR/DPR tsb. Apakah tega beliau-2 yang hanya karena banyak
uangnya (modal) merusak 'kehormatan bangsa?).
Di mana lagi masyarakat biasa bisa mendapatkan taman (meski pasif sejedar
penghias dan penyerasi fungsi lingkungan?) Apakah TRR atau taman semacam itu
TIDAK PENTING? Sungguh mengherankan! Sanpai hati benar "mereka" itu merusak
Ruang yang seharsunya TETAP HIJAU demi kesehatan jiwa dan raga
masyarakatnya.
Saya pribadi yang kebetulan merupakan bagian dari sejarah dibangunnya TRR
(tahun 1968 - selesai) ikut 'memilih jenis tanaman dengan mondar mandir
Jakarta - Bogor, menyimpan sementara di kebun bibit proyek, memelihara
dengan hati-2 bak seorang bayi baru lahir, sampai menanam dgn susah payah
(transfer pohon-2 besar menggunakan crane atau peralatan sederhana),
sehingga bisa hidup-tumbuh berkembang dan bermanfaat bagi banyak orang,
benar-2 sungguh merupakan suatu usaha yang luar biasa. Tetapi dengan begitu
saja ditebang semena-2 oleh para investor rakus, yang ternyata menjadi
berantakan karena TIDAK LAKU, sekarang bahkan mau ditutup dgn struktur MAL
yang biasanya 'buruk rupa' ?.
Saya himbau seluruh masyarakat yang mencintai hidup sehat di kota yang
semakin semrawut ini untuk 'melawan pembangunan yang salah' yang pasti akan
menyendarakan orang banyak dibanding segelintis "manusia mall" yang sangat
konsumeristis, menyebabkan kemacetan luarbiasa (sekarang saja sudah terjadi
hampir setiap hari). Akankah kitabener-2 mau bunuh diri? biaya kesehatan
semakin meningkat meski sebenarnya sakit itu sebagian besar 'bukan karena
ulah kita' tetapi akibat rusaknya funsi lingkungan hidup.
Tuhan tolong kami yang masih mau hidup dgn sehat, tenang, nyaman dan
bahagia. Amin.
Maaf bagi mereka yang tak berkenan dgn tulisan panjang ini, semoga curahan
hati dengan penuh rasa kesedihan ini dapat menyadarkan mereka-2 yang 'rakus'
dengan pembangunan yang tak rasional lagi.
Pak Gubernur Fauzi Bowo yang kami hormati, tolong batalkan rencana
pembanguna di lahan TRR ini. Terimakasih dan Salam Hijau Lestari,
Ning Purnomohadi (Arsitek Lansekap dan Manajemen SDA & Lingkungan)
----------------------------------------------
Senin, 19/07/2010 10:57 WIB Konsep Pembangunan Mal Pemprov DKI Dipertanyakan
Jakarta - Rencana pembangunan mal di Taman Ria Senayan memicu pertanyaan
tentang konsep pembangunan mal yang dimiliki Pemprov DKI Jakarta. Rencana
mal di Taman Ria Senayan menunjukkan betapa kacaunya konsep pembangunan mal
di ibukota.
"Ada nggak sih konsep pemerintah untuk mal? Ini di mana saja boleh bikin
mal," kata pengamat tata kota dari Universitas Tarumanegara, Suryono
Herlambang, saat dihubungi detikcom, Senin (19/7/2010).
Suryono menilai, pemberian izin mendirikan bangunan (IMB) oleh Pemprov DKI
untuk pembangunan mal di Taman Ria Senayan menujukkan kotradiksi tentang
ruang hijau.
"Pemprov bilang kita butuh ruang hijau, tapi izin pembangunan itu ada. Itu
kontradiksi," kata dia.
Ia menjelaskan, konsep pembangunan kawasan Senayan oleh Presiden Soekarno,
arsitek Gelora Bung Karno, adalah untuk pusat kegiatan publik. Karenanya,
pembangunan mal di kawasan dengan luas 300-400 hektar itu bisa menyalahi
konsepsi awal.
"Era Soekarno itu buat central park, buat civic activity," jelas dia. (lrn/fay)
-----------------------------
From: "T o T o T" <totot@kompas.co.id>Sent: Monday, July 19, 2010 4:50 PM
http://nasional.kompas.com/read/2010/07/19/13291113/Parlemen.Keberatan.Bertetangga.dengan.Mall-8
JAKARTA, KOMPAS.com - Status aset negara, Taman Ria, Senayan, Jakarta
Selatan, masih dipersoalkan. Kawasan itu, saat ini, tengah dalam tahap
pembangunan yang kabarnya akan dibuat pusat bisnis dan pertokoan.
Wakil Ketua DPR, Pramono Anung mengatakan, seluruh aset negara tak bisa
dialihfungsikan. "Seluruh aset negara baik di bawah Setneg atau Gubernur,
tidak boleh dipindahfungsikan diluar kepentingan negara," kata Pramono, di
Gedung DPR, Jakarta, Senin (19/7/2010).
Kawasan Taman Ria, kata Pramono, harus menjadi daerah hijau. "Maka, kami
kaget ketika akan dilakukan pembangunan pusat perbelanjaan dan pertokoan.
Ini harus direevaluasi. Kami, dari DPR, MPR dan DPD keberatan kalau
di sebelah (Kompleks Parlemen) ada mall," ujarnya.
Oleh karena itu, tiga lembaga perwakilan akan mempertanyakan pembangunan
yang tengah berlangsung. Sinyalemen bahwa pembangunan pusat bisnis itu sudah
disetujui pimpinan DPR 2004-2009, menurut Pramono, tidak bisa dijadikan
pembenaran.
"Persetujuan oleh Pimpinan DPR yang dulu tidak berlaku. Karena Pimpinan DPR
tidak bisa mengambil keputusan terhadap aset negara," kata Pramono.
Komisi II DPR, hari ini juga menggelar rapat dengan pihak Sekretariat Negara
untuk mendapatkan kejelasan pembangunan kawasan Taman Ria Senayan.
------------------------------------
Senin, 19/07/2010 10:24 WIB
Jika Ada Mal, Kemacetan Taman Ria Senayan Bisa Seperti Depan Plaza Semanggi
Laurencius Simanjuntak - detikNews
Jakarta - Rencana pembangunan mal di komplek Taman Ria Senayan dinilai bisa
berdampak serius bagi kemacetan ibukota. Jika mal benar-benar dibangun di
kawasan itu, maka kemacetan di Jl Gatot Subroto bisa bernasib sama dengan
yang di depan Plaza Semanggi.
"Bisa terjadi seperti di depan Plaza Semanggi saat sore hari," kata pengamat
tata kota dari Universitas Tarumanegara, Suryono Herlambang, kepada
detikcom, Senin (19/7/2010).
Seperti diketahui, saat kemacetan mulai melanda Jl Gatot Subroto di depan
Plaza Semanggi pada sore hari, polisi lalu lintas kerap melakukan sistem
buka tutup bagi kendaraan yang melintas.
buka tutup bagi kendaraan yang melintas.
"Itu tidak boleh, jalan publik kok dibuka tutup gara-gara mal," kata pria
yang terkenal sebagai pemerhati mal ini.
Belum lagi, lanjut dia, kawasan Taman Ria Senayan yang bersebelahan dengan
gedung parlemen berpotensi menambah runyam lalu lintas di Jl Gatot Subroto.
"Nggak layak mal di sebelah gedung parlemen yang jadi ruang buat
demonstrasi," kata dia. (lrn/fay)
-----------------------------------------
Senin, 19/07/2010 09:42 WIB
Transportasi Umum di Senayan Minim, Mal di Taman Ria Bikin Tambah Macet
Laurencius Simanjuntak - detikNews
yang terkenal sebagai pemerhati mal ini.
Belum lagi, lanjut dia, kawasan Taman Ria Senayan yang bersebelahan dengan
gedung parlemen berpotensi menambah runyam lalu lintas di Jl Gatot Subroto.
"Nggak layak mal di sebelah gedung parlemen yang jadi ruang buat
demonstrasi," kata dia. (lrn/fay)
-----------------------------------------
Senin, 19/07/2010 09:42 WIB
Transportasi Umum di Senayan Minim, Mal di Taman Ria Bikin Tambah Macet
Laurencius Simanjuntak - detikNews
Jakarta - Rencana pembangunan mal di kompleks Taman Ria Senayan terus
dikritik. Tidak hanya dari segi lingkungan, rencana itu juga dinilai
berdampak negatif bagi lalu lintas di kawasan Senayan.
Ketua Umum Masyarakat Transportasi Indonesia, Danang Parikesit, menjelaskan,
pembangunan mal baru harus diselaraskan dengan sarana transportasi angkutan
umum di wilayah tersebut.
"Di Taman Ria koneksi angkutan umum sangat terbatas, tentu dampak negatif
semakin besar, pasti akan timbul kemacetan," kata Danang saat berbincang
dengan detikcom, Senin (19/7/2010).
Seperti diketahui, kawasan Senayan saat ini sudah berdiri 5 mal yaitu
Senayan City, Plaza Senayan, FX, Senayan Trade Center, dan Ratu Plaza. Di
kawasan mal tersebut diketahui juga minim transportasi umum.
"Mal di kawasan Senayan lebih banyak untuk fasilitas kendaraan pribadi, itu
yang kita sayangkan. Padahal gedung dengan keramaian publik yang tinggi
harusnya didekatkan dengan angkutan umum," kata Danang.
Selain itu, kata Danang, Pemprov DKI juga harus memberi rambu-rambu yang
ketat dalam analisis dampak lalu lintas. Pemerintah harus memberikan ambang
batas kemacetan yang tegas bagi para pengembang yang ingin membangun mal di
kawasan Taman Ria Senayan.
"Apapun pembangunan yang dilakukan, ambang batas kemacetan itu harus
dilampaui," kata Danang menambahkan analisis dampak lalu lintas masih jadi
wilayah abu-abu antara pemerintah dan pengembang.
Tanah Taman Ria Senayan adalah milik pemerintah. Kawasan tersebut disewa
oleh Grup Lippo selama 30 tahun mendatang untuk dibangun kawasan
terintegrasi, termasuk mal. DPR yang bertetangga dengan kawasan itu tidak
setuju dengan pembangunan itu karena kawasan itu termasuk kompleks DPR/MPR.
(lrn/nrl)
----------------------------------
Senin, 19/07/2010 09:24 WIB
Senayan Overload Mal, Taman Ria Disarankan Jadi Kawasan Hijau
Indra Subagja - detikNews
Jakarta - Desakan DPR agar pemerintah tidak mengizinkan kawasan Taman Ria
dikritik. Tidak hanya dari segi lingkungan, rencana itu juga dinilai
berdampak negatif bagi lalu lintas di kawasan Senayan.
Ketua Umum Masyarakat Transportasi Indonesia, Danang Parikesit, menjelaskan,
pembangunan mal baru harus diselaraskan dengan sarana transportasi angkutan
umum di wilayah tersebut.
"Di Taman Ria koneksi angkutan umum sangat terbatas, tentu dampak negatif
semakin besar, pasti akan timbul kemacetan," kata Danang saat berbincang
dengan detikcom, Senin (19/7/2010).
Seperti diketahui, kawasan Senayan saat ini sudah berdiri 5 mal yaitu
Senayan City, Plaza Senayan, FX, Senayan Trade Center, dan Ratu Plaza. Di
kawasan mal tersebut diketahui juga minim transportasi umum.
"Mal di kawasan Senayan lebih banyak untuk fasilitas kendaraan pribadi, itu
yang kita sayangkan. Padahal gedung dengan keramaian publik yang tinggi
harusnya didekatkan dengan angkutan umum," kata Danang.
Selain itu, kata Danang, Pemprov DKI juga harus memberi rambu-rambu yang
ketat dalam analisis dampak lalu lintas. Pemerintah harus memberikan ambang
batas kemacetan yang tegas bagi para pengembang yang ingin membangun mal di
kawasan Taman Ria Senayan.
"Apapun pembangunan yang dilakukan, ambang batas kemacetan itu harus
dilampaui," kata Danang menambahkan analisis dampak lalu lintas masih jadi
wilayah abu-abu antara pemerintah dan pengembang.
Tanah Taman Ria Senayan adalah milik pemerintah. Kawasan tersebut disewa
oleh Grup Lippo selama 30 tahun mendatang untuk dibangun kawasan
terintegrasi, termasuk mal. DPR yang bertetangga dengan kawasan itu tidak
setuju dengan pembangunan itu karena kawasan itu termasuk kompleks DPR/MPR.
(lrn/nrl)
----------------------------------
Senin, 19/07/2010 09:24 WIB
Senayan Overload Mal, Taman Ria Disarankan Jadi Kawasan Hijau
Indra Subagja - detikNews
Jakarta - Desakan DPR agar pemerintah tidak mengizinkan kawasan Taman Ria
Senayan menjadi mal didukung DPRD DKI Jakarta. Sebab kawasan Senayan sudah
terlalu banyak mal.
"Kalau saya sebenarnya menyayangkan kawasan Senayan buat mal lagi. Itu
kawasan resapan dan kawasan terbuka hijau. Sebaiknya dipakai untuk ruang
terbuka hijau atau untuk lahan interaksi warga saja," kata Wakil Ketua DPRD
DKI, Triwisaksana, saat dihubungi detikcom, Senin (19/7/2010).
Politisi asal PKS ini menjelaskan, untuk kawasan Senayan saja tercatat sudah
ada sekitar 5 mal yaitu Plaza Senayan, Senayan City, Senayan Trade Center,
Ratu Plaza, dan Mal FX.
"Mal sudah overload, jadi walaupun mal ikut serta dalam serta pertumbuhan di
Jakarta, sebaiknya jangan dipaksakan," imbuhnya.
Apa ini artinya pembangun mal akan distop di Jakarta? "Itu butuh kajian,
namun kita meminta sebaiknya diperbanyak kawasan ruang terbuka hijau," jawab
Triwisaksana.
Tanah Taman Ria Senayan milik pemerintah disewakan pada Grup Lippo selama 30
tahun. Kawasan itu akan dibangun kawasan terintegrasi, termasuk mal. Ketua
DPR Marzuki Alie pun mengaku keberatan karena status tanah itu yang milik
negara. Selain itu DPR ingin kawasan Senayan menjadi kawasan MPR, DPR, dan
DPD yang ramah lingkungan dan terhindar dari kemacetan. (ndr/nrl)
-----------------------
Senin, 19/07/2010 07:52 WIB
DPR Kritik Kebijakan Foke Atasi Kemacetan Jakarta
Elvan Dany Sutrisno - detikNews
(Foto: dok detikcom)
Jakarta - DPR RI mempertanyakan kebijakan Gubernur DKI Fauzi Bowo dalam
mengatasi kemacetan Jakarta. Wakil Rakyat dari berbagai daerah ini kecewa
karena setiap hari harus berhadapan dengan kemacetan Ibukota.
"Coba lihat saja segala rencana untuk mengurangi kemacetan tidak ada yang
jalan. Berapa banyak kita lihat tiang-tiang untuk pembangunan monorail
menjadi mangkrak di jalan saja," keluh Wakil Ketua DPR Taufik Kurniawan
kepada detikcom, Senin (19/7/2010).
Taufik mempertanyakan konsistensi Foke dalam mengatasi kemacetan. Pasalnya
kampanye Foke yang menjanjikan Jakarta bebas macet tak kunjung terealisasi.
"Konsistensi Pemda DKI yang harus jadi perhatian kita semua. Tingkat
kedisiplinan tentang tata ruang, daerah resapan dan sebagainya jangan
ditabrakkan, jangan dijadikan mal semua. Ini akan membawa konsekuensi
kemacetan," keluh Taufik lagi.
Keluhan senada disampaikan Ketua DPR Marzuki Alie. Marzuki mencontohkan,
Foke bahkan tak menyentuh daerah rawan macet dengan solusi cerdas.
"Tengok saja bagaimana mungkin di depan Mal Ambassador Casablanca yang
menjadi sumber kemacetan itu bisa bertahun-tahun dibiarkan tanpa ada
jembatan penyeberangan. Langkah membangun jembatan ini kan upaya ringan,
tapi itu saja tidak dikerjakan," kritik Marzuki.
Marzuki mendesak Foke menaati setiap aturan tata kota. Semua yang melanggar,
Marzuki mengingatkan, pasti ada konsekuensinya.
"Di Swiss, pelaksanaan aturan konsisten, tidak mudah orang merubah atau
melanggar aturan, sangat luar biasa. Bangunan di sini walaupun kuno tapi
tertata rapi karena pemerintah tidak bisa merubah aturan seenaknya.
Jangankan menggunakan lahan sembarangan, menebang satu pohon saja tanpa izin
untuk mendirikan bangunan dendanya bisa mencapai puluhan ribu dollar," tukas
politisi Partai Demokrat (PD) ini. (van/nwk)
------------------------
terlalu banyak mal.
"Kalau saya sebenarnya menyayangkan kawasan Senayan buat mal lagi. Itu
kawasan resapan dan kawasan terbuka hijau. Sebaiknya dipakai untuk ruang
terbuka hijau atau untuk lahan interaksi warga saja," kata Wakil Ketua DPRD
DKI, Triwisaksana, saat dihubungi detikcom, Senin (19/7/2010).
Politisi asal PKS ini menjelaskan, untuk kawasan Senayan saja tercatat sudah
ada sekitar 5 mal yaitu Plaza Senayan, Senayan City, Senayan Trade Center,
Ratu Plaza, dan Mal FX.
"Mal sudah overload, jadi walaupun mal ikut serta dalam serta pertumbuhan di
Jakarta, sebaiknya jangan dipaksakan," imbuhnya.
Apa ini artinya pembangun mal akan distop di Jakarta? "Itu butuh kajian,
namun kita meminta sebaiknya diperbanyak kawasan ruang terbuka hijau," jawab
Triwisaksana.
Tanah Taman Ria Senayan milik pemerintah disewakan pada Grup Lippo selama 30
tahun. Kawasan itu akan dibangun kawasan terintegrasi, termasuk mal. Ketua
DPR Marzuki Alie pun mengaku keberatan karena status tanah itu yang milik
negara. Selain itu DPR ingin kawasan Senayan menjadi kawasan MPR, DPR, dan
DPD yang ramah lingkungan dan terhindar dari kemacetan. (ndr/nrl)
-----------------------
Senin, 19/07/2010 07:52 WIB
DPR Kritik Kebijakan Foke Atasi Kemacetan Jakarta
Elvan Dany Sutrisno - detikNews
(Foto: dok detikcom)
Jakarta - DPR RI mempertanyakan kebijakan Gubernur DKI Fauzi Bowo dalam
mengatasi kemacetan Jakarta. Wakil Rakyat dari berbagai daerah ini kecewa
karena setiap hari harus berhadapan dengan kemacetan Ibukota.
"Coba lihat saja segala rencana untuk mengurangi kemacetan tidak ada yang
jalan. Berapa banyak kita lihat tiang-tiang untuk pembangunan monorail
menjadi mangkrak di jalan saja," keluh Wakil Ketua DPR Taufik Kurniawan
kepada detikcom, Senin (19/7/2010).
Taufik mempertanyakan konsistensi Foke dalam mengatasi kemacetan. Pasalnya
kampanye Foke yang menjanjikan Jakarta bebas macet tak kunjung terealisasi.
"Konsistensi Pemda DKI yang harus jadi perhatian kita semua. Tingkat
kedisiplinan tentang tata ruang, daerah resapan dan sebagainya jangan
ditabrakkan, jangan dijadikan mal semua. Ini akan membawa konsekuensi
kemacetan," keluh Taufik lagi.
Keluhan senada disampaikan Ketua DPR Marzuki Alie. Marzuki mencontohkan,
Foke bahkan tak menyentuh daerah rawan macet dengan solusi cerdas.
"Tengok saja bagaimana mungkin di depan Mal Ambassador Casablanca yang
menjadi sumber kemacetan itu bisa bertahun-tahun dibiarkan tanpa ada
jembatan penyeberangan. Langkah membangun jembatan ini kan upaya ringan,
tapi itu saja tidak dikerjakan," kritik Marzuki.
Marzuki mendesak Foke menaati setiap aturan tata kota. Semua yang melanggar,
Marzuki mengingatkan, pasti ada konsekuensinya.
"Di Swiss, pelaksanaan aturan konsisten, tidak mudah orang merubah atau
melanggar aturan, sangat luar biasa. Bangunan di sini walaupun kuno tapi
tertata rapi karena pemerintah tidak bisa merubah aturan seenaknya.
Jangankan menggunakan lahan sembarangan, menebang satu pohon saja tanpa izin
untuk mendirikan bangunan dendanya bisa mencapai puluhan ribu dollar," tukas
politisi Partai Demokrat (PD) ini. (van/nwk)
------------------------