Ada teman saya yang punya masalah berikut, ada yg bisa bantu/punya usul apa yg harus dilakukan:
Kalo ada instansi/kantor yg bakar sampah 'sembarangan' di deket/dalam kawasan perumahan, bisa dikomplain secara resmi gak sih? Setau gue ada UU/Perda yg mengatur masalah pembakaran sampah - bahwa gak boleh dibakar sendiri secara terbuka, mustinya secara terkoordinir oleh Pemda?
Terima kasih,
Tezza
Ttp, Kapan dimulai Jaringan TT-nya?
CMIIW
Pak Mazmurin yang baik,
Di milis ini tentunya yang dibicarakan adalah persoalan lingkungan hidup, termasuk issu kesehatan mahkluk didalamnya. Jadi tentunya pendapat teman-teman tentang produk GMO tadi juga telah disaring tanpa banyak melibatkan sentimen politik. Kalaupun ada menyerempet issu politik tentunya karena memang hal tersebut nyata, dan itu berkaitan erat dengan masalah lingkungan yang sedang kita bicarakan, namun bahasan kearah sana hanya selintas, dan tidak mendalam karena hal-hal yang telah saya sebut diatas.
Sedangkan tentang istilah Vegetarian dan Vegan, ijinkan saya sedikit memberi koreksi.
Umumnya Vegetarian masih belum seketat Vegan, ini tercermin dari adanya istilah Lacto-Ovo Vegetarian (masih mentoleransi konsumsi Susu dan telur) ; Lacto Vegetarian (masih mengkonsumsi Susu). Sementara Vegan sudah murni tidak mentolerir apapun yang berasal dari hewan (termasuk creamer utk minum kopi yg mengandung sodium-caseinate/produk turunan susu). Tentang Bawang: saya cenderung menganut istilah internasional dan tidak mengkaitkan dengan ajaran apapun, yaitu menggolongkan produk bawang sebagai produk non-hewani, jadi sangat boleh dikonsumsi! mau bawang merah, bawang putih, bawang Bombay, daun bawang prey, seberapa banyak sumonggo saja!.
Saya sarankan Pak Mazmurin untuk meluangkan waktu membaca buku karangan Prof. Hiromi Shinya yang berjudul: "Miracle of Enzymes" dan buku-buku kesehatan lainnya; maka anda akan tahu betapa berbahayanya mengkonsumsi produk hewani. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa daging dan lain-lain produk hewani memiliki cita rasa yang sangat menggugah selera. Namun haruskah kita memanjakan lidah kita dengan mengorbankan kesehatan tubuh kita?
(catatan: saya sendiri tidak vegan sejak lahir, bahkan saya tidak suka makan sayuran hingga usia 40 th. Hingga kini sudah 16 th saya menjalani kehidupan sebagai Vegetarian dengan 2 tahun terakhir sebagai Vegan, dan merasa semakin sehat saja).
Demikian pengalaman saya, semoga bermanfaat,
Salam hijau selalu,
G.Wibisono
From: "mazmurin@yahoo.com" <mazmurin@yahoo.com>
To: greenlifestyle@googlegroups.com
Sent: Sun, June 13, 2010 7:21:09 PM
Subject: Re: [greenlifestyle] Silent Revolution !!!Maaf kalau diskusi kita memang ngalor ngidul.Aku belum tahu mengapa kedelai transgenik itu kurang baik untuk manusia?apa sudah ada data penyakit yang ditimbulkan karena orang Indonesia ini banyak sekali makan tahu dan tempe. (untungnya penikmat tahu tempe ini jumlahnya jutaan orang, maka pasti mudah cari data penyakit dan akibat jeleknya bukan?)Penyakit jenis apa dan penyebab yang bagaimanakah yang diakibatkan oleh kedelai transgenik ini?Ini penting agar kita tidak hanya sentimen saja karena kedelai diimport dari Amerika. Maksudku kalau dari Amerika itu pasti jelek. Pasti ada maksud tertentu dll yang membabi buta sehingga bikin orang takut makan tahu misalnya.Kalau tempe kata dokterku, tempe karena difermentasi oleh jamur maka sudah berubah dan tidak masalah sama sekali kalau kedelainya transgenik maka baik bila dikonsumsi yang penting jangan digoreng. Karena tempenya baik, tapi minyak goreng yang dipanaskan dalam suhu tinggilah yang jelek.Menurut dokterku: yang penting adalah agar kita mengalami PERASAAN BAHAGIA DAN SEJAHTERA. Bila anda terpaksa menyantap makanan yang tidak enak (misalnya harus vegetarian thok, tidak boleh makan daging, ikan etc) maka menurut aku lho, susah menghasilkan rasa bahagia.Temukan kenikmatan dalam makanan. Jauh lebih penting menjalani gaya hidup sehat dan panjang yang dapat kita NIKMATI.Maka aku lebih suka menjadi vegan dan bukan vegetarian. Masih bisa makan ikan, ayam, bawang putih, jamur etc yang ditolak oleh vegetarian dalam jumlah yang dibatasi.Kembali lagi: aku bener ingin tahu mengapa kedelai transgenik jelek?Apa bahaya mengkonsumi hasil pertanian yang transgenik?
Terima kasih.
From: Orang Tani <orang.tani@gmail.com>
To: greenlifestyle@googlegroups.com
Sent: Sun, June 13, 2010 11:19:06 AM
Subject: Re: [greenlifestyle] Silent Revolution !!!
Terima kasih Mas Gunawan,
Betul juga, biar per kapita kita rendah tapi karena jumlah penduduk kita banyak, jadi net volume nya besar juga. Setuju!
OK, saya mendukung vegetarian deh...:)) (padahal saya sendiri sudah vegetarian sejak berapa tahun lalu, tapi keluarga masih makan ayam dan ikan sekali-sekali).
Kampanye vegetarian ini harus digencarkan khususnya pada langganan KFC, McD, Pizza Hut, dll...dan yang di kulkasnya selalu punya simpanan chicken wing, nugget, burger, sosis, yang semuanya diproduksi oleh industri raksasa dan kita jadi korbannya karena kecanduan .....
Mengenai cerita mafia kedelai memang serem Mas, lihat saja negara mana sih produsen dan eksportir kedelai terbesar di dunia itu? Penggemar tahu Sumedang pun tidak pernah tahu kalau kedelai yang dipakai bukan kedelai "beneran", melainkan hasil rekayasa genetik atau GMO atau transgenik yang dihasilkan dari "industri kedelai" di US. Kalau saya nggak salah angkanya hampir 90% kedelai yang beredar di negeri penggemar tahu-tempe ini berasal dari Amerika.
Dalam cerita mafia kedelai tsb, orang yang mengerti seluk-beluk food industry bisa cerita bahwa hampir semua makanan olahan keluaran industri makanan mengandung fraksi kedelai dan jagung di dalamnya, keduanya produk industri GMO, dan dipakai untuk mengisi bagian yang ditulis 'Protein' dan 'Karbohidrat' dalam tabel food ingredient di kemasan makanan.
Memang sakit hati sih kalau tahu begini. Karena pasar yang paling empuk buat mereka ya negara dunia ketiga seperti kita, kalau negara maju yang banyak orang pinternya sih sudah pasang pengamanan di sana-sini untuk menghindari masuknya gempuran kedelai dan jagung GMO ini.
Ya sudahlah, kita terima saja keadaan negeri kita yang 'baik hati' ini.
Betul nggak Mas Gunawan?
OT
2010/6/12 Santalum Album <aryanagalancana@yahoo.com>
Mbak Wardah (maaf! saya panggil Mbak, pdhal saya yakin usia saya jauh melampaui anda, sekedar menunjukkan rasa hormat saya!), tentang Vegetarian rasanya ada pendapat yg kurang pas!.
Tahukah anda bahwa menurut catatan th 2007, jumlah total konsumsi daging sapi di Indonesia sudah menyamai konsumsi Total Penduduk Australia!. Memang konsumsi per kapita masih rendah (separuh dari penduduk Ausie), namun karena jumlah Populasi Indonesia (kini menduduki ranking ke 3 Dunia setelah China dan India) dan kecenderungan konsumsi daging serta Diary Product (Susu, Telur, Keju, Yoghurt, dll) terus meningkat, maka secara Total, jumlah tersebut cukup Gede juga.
Di Ausie juga negara-negara Eropa & Amerika sudah mulai menerapkan kebijakan MEAT FREE MONDAY, bahkan sudah direncanakan akan ditingkatkan lagi, namun Peternakan disana tidak juga berkurang, ..... karena mereka masih bisa mengekspor ke negara berkembang seperti Indonesia. Catatan: Hasil Peternakan di Indonesia, saat ini tidak mencukupi kebutuhan akan daging dan produk peternakan lainnya, karenanya sebagian besar masih di impor.
Disamping konflik horizontal yang timbul, kampanye anti-vegetarian juga gencar dihembuskan oleh "Pihak Asing", bahkan dari omong-omong dengan Produsen Makanan olahan dari kedele beberapa waktu y.l setelah mengikuti Seminar di UGM, salah seorang pembicaranya (Profesor Pertanian), pernah mengungkap keburukan Kedele impor, namun tidak ada seorangpun yang berani mempublikasikan agar masyarakat tahu, .......... mengapa???
Tangan-tangan Asing dibantu oleh Politikus Kotor, sudah sangat jauh mengobok-obok kondisi dalam negeri kita. Hinnga untuk mengolah makanan kesukaan rakyat pun (Tahu & Tempe), bahan bakunya mesti dibuat tergantung oleh barang impor, yang didalamnya terkandung unsur-unsur yang tidak baik untuk kesehatan mereka yang mengkonsumsinya.
Jika banyak rakyat sakit, tentunya kebutuhan akan obat-obatan juga meningkat, ujung-ujungnya ....... import lagi!
Tubuh manusia tidak membutuhkan unsur hewani apapun, bila ada anggapan ada zat tertentu yang masih dibutuhkan oleh manusia, maka itu adalah anggapan usang!! Demikian mengutip Pakar Gizi DR.Susianto, lebih jauh dia juga mengungkapkan bahwa Ilmu Gizi adalah ilmu yang "Baru", sehingga terus berkembang dengan pesat; adalah dokter pemalas yang tidak membaca Jurnal Ilmu Gizi secara rutin, masih saja menggunakan argumen usang: 4 Sehat 5 Sempurna.
Anggapan Vegetarian adalah produk "Agama tertentu" juga sengaja dihembuskan oleh kelompok Raksasa Peternakan, tujuannya jelas, agar bila dinegara mereka mereka sudah tidak bisa lagi berjualan, paling tidak ada sebuah "market" baru yang bernama INDONESIA sudah mapan terbentuk. Disini ingin saya tegaskan, bahwa Vegetarian tidak berkaitan dengan Agama tertentu, ini adalah hasil penelitian ilmuwan dan lembaga resmi Dunia, juga LSM, yang menyimpulkan bahwa kontribusi Peternakan pada Pemanasan Global mencapai 51% (sementara berbagai sumber menyebutkan angka hingga 80%).
Jadi cara paling cepat dan paling murah untuk mengerem laju Pemanasan Global adalah mengurangi jumlah Peternakan secara besar-besaran, dan itu baru bisa tercapai jika "demand" berkurang (Vegetarian). Dana yang bisa kita hemat karena bervegetarian (makanan yg lebih murah, lebih sehat) dapat kita alokasikan guna kegiatan perbaikan lingkungan lainnya, seperti proses daur ulang sampah, penanaman pohon, riset enerji alternatif, substitusi sumber enerji minyak bumi ke sumber lainnya, dll.
Jadi gerakan Vegetarian tidak bisa berdiri sendiri, tetap harus ditopang oleh serangkaian tindakan penyelamatan ekologi lain, karena tingkat kerusakan lingkungan saat ini sudah demikian parahnya.
Demikian pendapat saya,
Salam hijau selalu,
G.Wibisono
![]()
Sent: Fri, June 11, 2010 3:17:40 PM
Subject: Re: [greenlifestyle] Silent Revolution !!!
Makasih Bung Mazmurin,
Waduh, jadinya diskusi kita terpaksa belok seperti di milis2 lain, hehehe... tapi nggak apa deh, kalau memang ini yang dimaui.
Saya akan coba tanggapin satu-satu.
1. Pertama, saya salut pada orang seperti Anda yang dengan sengaja memilih hidup di desa dan bertani, itu pilihan yang berani dan bertanggung jawab. Seandainya banyak orang Indonesia seperti Anda pasti negara kita tidak akan terlilit hutang, dan Jakarta tidak akan penuh-sesak seperti sekarang.
2. Mengenai konflik horisontal yang tidak berkesudahan?
Hmm...tahukah Anda kalau banyak tulisan akademis yang menyebutkan Indonesia ini sedang terancam "balkanisasi" ,
ada yang menyebut "Indonesia, the next Kosovo", dsb.
Lha gimana nggak konflik? kita sering lupa kalau Indonesia ini punya 4 agama besar ditambah agama-agama leluhur,
ada 300 ethnic group, ada 700 bahasa dan dialek, dan tahukah Anda bahwa Indonesia itu bukan negara yang berada dalam satu daratan besar seperti negara lain, melainkan terdiri dari 17,504 pulau yang terpisah-pisah, bayangkan Saudara ....**??@.. bukan main kompleksnya negeri ini, bukan?
Nah, kalimat saya berikut ini telah memicu kontroversi yang luarrrr biasa di milis IR, dalam dua hari diskusi tanggapan yang masuk sampai 285 posting....sampai bingung bacanya dan sampai terjadi perkelahian antar sesama miliser sendiri, .... bener2 lucu dan seru...
Saya bilang begini:
"Jadi, itulah hebatnya Soeharto. Negara yang begini beragam dengan wilayah yang terpisah2 ini ternyata memang membutuhkan seorang pemimpin "bertangan besi" dan otoriter seperti dia. Meski ada kekeliruannya (karena dia bukan Nabi) tapi jangan lupa bahwa selama 32 tahun itu negara kita relatif stabil, dan Pak Harto termasuk "disegani" dan diperhitungkan oleh dunia internasional, justru karena alasan itulah dia harus "jatuh" .........dan krismon itu alat untuk menjatuhkan beliau... ..Kita tidak bisa kanak-kanak menutup mata tentang kebaikan Soeharto dan begitu saja melupakan jasanya."
Ada miliser yang membela mati2an Soeharto dengan segala argumentasinya, ada yang bisa melihat benarnya dan salahnya, dan nggak kurang juga yang cuma bisa melihat salahnya saja dan akhirnya berantem dengan yang membela.
Alhasil dari diskusi yang seru itu dihasilkan kesimpulan bahwa: tampaknya negara kita memang harus menjadi negara federal, sulit sekali untuk bertahan menjadi negara kesatuan kalau tidak mempunyai pemimpin "bertangan besi".
3. Mengenai "bhineka tunggal ika" ?
Setelah globalisasi menjungkir-balikkan Indonesia dan menggulingkan semua adat-istiadat dan nilai-nilai Timur kita, mantra Bhineka Tungga Ika sekarang sudah nggak "laku" Mas, bahkan agama dan ulama pun tersungkur tak berdaya ditantang umatnya. Bukankah orang tua juga sudah nggak digubris oleh anaknya? J))
Bahkan ironisnya, gerakan civil society oleh para NGO pun seringkali justru makin jauh menceraikan masyarakat kita dari nilai-nilai dan tradisi Timur atas nama demokrasi dan HAM. Lha trus gimana mau ngajak berubah kepada orang2 yang sudah nggak ada lagi yang ditakuti dan disungkani ini??? Kita perlu another "tangan besi" atau desentralisasi/ otonomi daerah/ federasi atau apa lah namanya.
4. Mengenai vegetarian?
Kalau memang itu untuk alasam keimanan seperti 'ahimsa', tentu saja silahkan. Tapi kalau alasannya lingkungan, yang nomer satu harus vegetarian itu justru orang Amerika dan Eropa Barat karena mereka mengkonsumsi daging 6X lebih banyak dari kita bangsa2 dunia ketiga. Lha wong petani dan kuli kita makan daging sekali-sekali, paling sering ya makan indomie :) jelas-jelas nggak bergizi, malah bisa merusak kalau terus2an, dan yang pasti sih bikin Indofood makin untung dan berjaya ...:))))
5. Mengenai nggak setuju kalau nggak pakai pembantu:
Ya monggo aja. Saya dulu juga pakai pembantu, malah dua-duanya ikut saya lama, yang satu 17 tahun dan satunya 13 tahun. Keduanya saya carikan jodoh dan saya nikahkan di kampung.
(banyak PRT yang masih gadis susah cari jodoh karena nggak sempat ketemu orang baik2 di Jakarta, kalau bisa ya para majikan membantu mereka menemukan masa depannya, bayangkan saja kalau itu anak gadis kita sendiri).
6. Mengenai orang Barat yang individualis itu bagus?
Eiit, jangan salah. Individualistis ini justru masalah terbesar mereka (sama besarnya dengan orang Jakarta yang "numpang tidur" saja di rumah itu).
Sebetulnya sifat keguyuban dalam kampung, nilai2 keluarga dan kekerabatan, adat-istiadat, kearifan lokal, juga ikatan keagamaan yang kalau bagi Muslim disebut "ummat" itu masih ada di masyarakat kita, terutama di kota kecil dan desa.
Itu justru POSITIF, jangan malah dilihat negatif. Itu justru harus dihidupkan dan dipupuk bukan dibuang. Orang Barat justru iri melihat kita masih punya itu semua. Di dalam ikatan keluarga dan komunitas yang kokoh terpelihara itulah tersimpan makna hidup yang sesungguhnya.
6. Mengenai adem-ayem:
Lha kalau sudah adem-ayem gitu kenapa Anda tanya lagi.
Salam,
OT
2010/6/11 <mazmurin@yahoo.com>
Hallo teman-teman terutama Yth Orang Tani (di NZ).Hidup berdampingan secara bhineka tunggal ika, adalah cita-cita luhur yang gampang disebut susah dijalani.Baru-baru ini bulan Juni 2010, kita lihat di Rawabuaya dan Duri Kosambi, perang antar etnis yang meluluhlantakkan lapak kayu bekas orang dari etnis pendatang.Di Singkawang bulan akhir Mei - Juni 2010 ini kita lihat penindasan mayoritas kepada minoritas.Di Papua perang antar kampung amat sering kita dengar dan tonton di TV. Foto anak panah nancap di payudara dan leher polisipun aku punya.Dulu perang antar Suku asli di Kalimantan melawan pendatang juga mengerikan dan banyak korbannya. Dulu kita saksikan di internet, kepala nancap di tombak dan pagar. Ngeri.Perang di Aceh juga bertahun-tahun menghantui orang Aceh.Perang kecil-kecilan.Perang kecil ini sering terjadi sekarang ini juga walaupun punya slogan penting: Bhineka Tunggal Ika TAPI dimulut doang, tidak dihayati.
aku akui itu.Perang kecil-kecilan ini membahayakan fisik secara langsung karena pakai senjata dan membakar dengan api yang ganas.Perang yang anda maksudkan memang tidak terasa wong tidak pakai senjata.Aku akui juga walaupun terasa bukan seperti perang beneran.Di masa yang ada perang besar atau kecil kita terancam baik harta, nyawa, kehormatan (pemerkosaan), dan pelecehan hak asasi manusia kita.Itu yang aku maksudkan dengan mana bisa kita mensukseskan suatu program bersama untuk go green?go ashes malah pas.Di NZ yang aman dan tenteram, di OZ yang juga idem dito, aku percaya bisa ada Transition Towns. Orang cuek soal pribadi orang lain. individualis kata orang.Jadi bagiku ketenteraman hidup adalah nomor satu yang dibangun dari kerukunan orang yang berbeda-beda dlm hal apa saja.Dalam saat hidup tenteram inilah kita bisa mengusahakan Kampung Hijau atau Transition Towns etc, karena penghuninya tidak gontok-gontokan soal budaya, agama, moral, kepercayaan etc.Bayangkan sudah didanai sudah diusahakan terbentuknya Kampung Hijau, dan penghuni sudah mulai pindah menempatinya, eh berantakan soal rumah ibadat yang boleh dibangun atau tidak boleh.......piye jal? Belum nanti soal bahasanya, soal moralnya, soal budayanya, soal cara berpakaian, soal cara bermusik, soal tetak bengek aturannya. Piye Jal?Jadi apa yang bisa kita buat dalam masyarakat yang majemuk ini yang belum bisa mempertahankan asas Bhineka Tunggal Ika dalam hidupnya sehari-hari?Ya ubahlah dirimu sendiri dulu.Ajak orang lain berubah juga.Tapi mengumpulkan orang dalam satu ruang exclusive? nanti dulu deh.Aku kurang setuju kalau orang tidak boleh ke mall shopping, aku tidak setuju kalau orang tidak boleh mempekerjakan pembantu, aku kurang setuju kok dilarang bikin jalan toll, aku kurang setuju kalau semua harus vegetarian karena akan kekurangan/defisiensi Taurin yang tak ada di nabati dan hanya ada di hewani, lebih setuju vegan yang tetap makan ayam dan ikan, aku kurang setuju banyak hal deh.Apa yang aku anjurkan adalah sbb:Mari mulai dari diri sendiri:
1. Bikin biopori, ini lubang akan menyerap air yang ada masuk ke dalam tanah. Halaman rumahmu dan tetangga-tetanggamu itu bisa dibuatkan biopori. Ukurannya kecil kok paling diameter 15-20cm cukup.
2. Tanamlah pohon (aku tawarkan pohon buah-buahan biar asyik karena enak lho buah itu: Jeruk bali, Jambu, nanas, pepaya itu contoh yang pohon tidak tinggi tapi rajin berbuah tanpa musim-musiman dan daerah dataran rendah). Pohon lain boleh boleh saja lho. karena satu pohon akan menyerap CO2 dan menghasilkan oxygen demi manusia.
3. Mari didukung dengan nyata penemuan baru bahan bakar tergantikan seperti bioetanol, seperti minyak jarak etc. Maksudku bila solar dicampuri minyak jarak dan kadarnya dinaikkan dinaikkan lagi kagak perlulah mengomel. Kalau bisa malah anda yang menciptakan bahan bakar alternatif yang tergantikan yang bukan dari fosil yang tak tergantikan lagi.
4 Bila dimungkinkan amat mendukung biking ke kantor, ke sekolah, ke mana saja tujuan pergi anda untuk jarak dekat, selain sehat irit bahan bakar dan hemat isi dompet. Paling-paling kempolnya saja yang tambah gede dan makannya saja yang tanduk, tapi ingat jangan yang Karbohydrat. Jantung good, liver good, ginjal good, peredaran darah good, hormon eicosanoids baik akan banyak muncul.
5. Open minded atau terbuka akan segala sesuatu yang ditemukan orang untuk mengantisipasi kelelahan bumi ini. Bukan untuk kita melainkan untuk anak cucu kita.Demikian urun rembug saya soal penghijauan ini.Aku sendiri adalah petani karena memijahkan lele, menanam buah naga dan pisang cavendish serta pepaya IPB di lahan di kaki gunung Ungaran Jateng.Jadi go green itu bagiku sudah dari dulu aku lakukan.Bagi yang ingin pesan: Indukan Lele Sangkuriang dan Phyton, aku ada.Bagi yang ingin pesan bibit Pisang Cavendish, aku juga ada.Sayangnya aku bukan petani organik, aku masih pakai NPK, masih pakai pestisida, kasih makan lele bukan hanya cacing sutera tapi juga pellet etc.Tapi pupuk utamaku adalah pupuk yang aku buat sendiri dari kotoran Cacing Lumbricus rubellus yang aku kasih makan gedebog pisang.Hidupku lamban karena mengikuti gerak tumbuhnya tanaman, tetapi tenteram, adem, ayem.Selamat go green.
Sent: Fri, June 11, 2010 7:49:08 AM
Subject: Re: [greenlifestyle] Silent Revolution !!!
Emang sekarang nggak perang terus, Bung?Sekarang perangnya nggak pakai senjata, tentaranya juga nggak pakai seragam, makanya orang nggak terasa dan nggak keliatan siapa lawan siapa.Yang jelas tahu-tahu ekonomi amburadul, hutang jadi tambah banyak, VCD porno 20 juta keping beredar, pencandu narkoba 6 juta anak muda, petani hidup ngos-ngosan, kota besar jadi pengap karena pemerintah cuma mikir bikin jalan tol lagi dan lagi (yang akhirnya bikin orang beli mobil lagi dan lagi sehingga makin untunglah si industri mobil dan makin banyaklah hutang Indonesia pada negara kreditor .....:))))Daripada kita bicara yang ini jadi ke mana-mana dan berminggu-minggu nggak selesai yang saya bilang di email ke Mas Idung kemarin "cape deh", lebih baik di milis GL yang ijo royo-royo ini kita bicarakan tentang apakah masih ada yang bisa kita lakukan di tengah keadaan yang pengap ini?O ya satu lagi, kalau Anda cari bukti lebih bahagianya generasi yang lalu, kebetulan saya baru saja mempelajari masyarakat Bali.Kata seorang pendeta di sana, ternyata sekarang "parama shanti" (kedamaian di ruang spiritual) sudah hilang dari masyarakat Bali, saya kaget ternyata angka bunuh diri di Bali meningkat dari tahun ke tahun, bahkan ada yang mengatakan tertinggi di Asia. Juga angka perceraian di sana makin hari makin tinggi. Mereka jadi bingung kenapa orang Bali yang dulu lebih miskin materi dan buta huruf bisa lebih "shanti" dan lebih rukun, sedang sekarang dengan jumlah sarjana berlimpah dan Bali jadi kaya mereka malah makin sulit untuk "shanti".Saya pernah buat tulisan pendek setelah baca buku tentang modernity dan gangguan jiwa pada manusia modern, "The Age of Insanity - Modernity and Mental Health" karya seorang psikolog John Schumaker. Silakan Bung Mazmurin membaca tulisan tsb:Salam,OT
2010/6/11 <mazmurin@yahoo.com>
bahwa justru "si prihatin" ini lebih tentram bahagia dibanding si hedonis yang berfoya-foya. Lihatlah generasi sebelum kita yang lebih miskin materi bisa lebih ayem disbanding orang modern yang gelisah entah karena apa….:))
KOK TAHU????Pernah ngalami?Ingat mereka itu perang terus menerus lho.
Sent: Thu, June 10, 2010 3:55:05 PM
Subject: Re: [greenlifestyle] Silent Revolution !!!
Thanks komentarnya Mas Bintang,
Hehehehe……. memang kalau saya diminta membuat satu atau dua judul besar buat permasalahan kita, saya akan buat sbb:
Tahukan Teman, ternyata peradaban modern ini Salah Jalan, lho?
Atau:
Tahukah Anda ternyata, semua masalah di zaman modern ini berasal dari kesalahan cara berfikir manusia modern lho?
Kenapa Salah?
Ya karena tidak mematuhi rambu-rambu dari Sang Pencipta yang memiliki kehidupan.
Karena itulah maka, saya sepemdapat dengan Anda, bahwa gerakan semacam ini akan ditantang dengan pertanyaan seperti tadi: lha untuk apa kalau akhirnya disuruh prihatin? Karena, si penanya tidak tahu, dan tidak pernah diajari lagi, dan tidak pernah merasakan sendiri, bahwa justru "si prihatin" ini lebih tentram bahagia dibanding si hedonis yang berfoya-foya. Lihatlah generasi sebelum kita yang lebih miskin materi bisa lebih ayem disbanding orang modern yang gelisah entah karena apa….:))
Saya sependapat kalau ide ini harus divisualisasikan di TV, karena itu saya memang sedang mencari komunitas tradisional yang bisa dijadikan show-case seperti itu, dan di hari begini itu bukan pekerjaan mudah, seperti mencari jarum dalam jerami.
Saya bahkan menduga (hipotesa) bahwa hanya komunitas religius (karena mereka masih mempercayai otoritas agama) lah yang masih mau diubah kalau pemimpinnya sanggup membimbing (kalau spiritual vis-à-vis religious lebih susah diukurnya, Mas, jadi saya rasa lebih mudah melihat relijiusitas komunitas saja).
Bahkan saya sering tersenyum sendiri berfikir mungkin seperti inilah dulu pekerjaan berat para Nabi membawa perubahan di dalam masyarakatnya :))))
Ngomong2 kenapa Anda kok bilang "mbak Wardah yang selalu kritis?" Apa kita pernah ketemu sebelumnya?
Saya bukan Wardah Hafidz yang terkenal itu lho..... saya cuma seorang Wardah yang lain, dan riset ini riset PhD saya di NZ .......
Salam,
wardah
2010/6/10 <bintangnugroho@yahoo.com>
Mbak Wardah yg selalu kritis,
1. Konsep transition town itu sangat logis. Bahwa yang merespon belum banyak itu juga logis. Kalau yang menentang akan banyak pun masuk akal. Meski disebut transisi, artinya akan cukup mengakomodasi kebutuhan peralihan, namun saya yakin banyak sekali orang yg jadi kurang senang ketika membayangkan apa yg akan diperolehnya di ujung transisi ini : lha cuma tambah 'susah' aja gitu kok dituju ??? Skrg ada pembantu, nanti justru kerjakan sendiri saat sdh makin tua, apa enaknya ? Skrg ada kerjaan akibat kemalasan org kaya (mencuci pakai mesin cuci, kesana kemari naik motor enak toh ?), nanti jungkir balik mencangkul lagi di sawah, buruh tani, suatu pekerjaan yg bahkan 50 thn lalu sdh ditanggalkan orangtua dan milih menggelandang di kota atau membabu di negara tetangga ...
2. Tapi jelas, saya pendukung gagasan Transition Town. Pengalaman saya : merubah keluarga sendiri itu sulittt. Ada kontradiksi yg perlu diselaraskan krn sgt esensial. Hal itu berupa pertanyaan : " jadi buat apa selama ini kita hidup dgn berjuang mati2an demi kenyaman hidup ? Percuma dong kalau ujungnya disuruh prihatin lagi. Salah jalan dong kita, karena harus balik lagi" ... Iya kawan, iya anakku, baru sekarang kita tahu bahwa kita tersesat Mari mencari jalan yang benar sekarang. "Aaah, itu kan bukan salah saya, itu salah kalian orang yang lebih tua yang keliru memasang rambu, sembarangan pasang petunjuk. Kalian enak sdh cukup mengenyam kenyamanan hidup, kami yg sdg susah2nya diminta menjauh dari kenyamanan yg sdh selama ini kami bayangkan menjadi upah atas kerjakeras kami. Tidak adil dong...".... Kawanku, anakku, perubahan ini adalah keniscyaan, pasti harus kita lakukan, atau kebuntuan sosial dan kemandegan ekologi memaksa kita membunuh diri bersama. .... "Itu filsafat org yang sdh mengenyam kenikmatan. Sorry otak kami sudah tak punya kuota unt filsafat, yg tersisa hanya kita bertahan di jaman persaingan dan mengais kebahagiaan yg mungkin tercecer di kubangan darah, keringat (dan maksiat ? he he he skdar persajakan belaka) bernama kota. Dst dst.
3. Jadi begini Mbak, transition town (TT) itu mestinya dibangun di atas, istilah karangan saya, 'ecological transcendent' - kesadaran akan rencana Ilahi dlm tanda-tanda ekologis. Kita mesti berpijak di atas ranah spiritual (tdk identik dg agama) untuk menumbuhkan kesadaran dan niat yg cukup kokoh saat membangun TT itu. Cara konkritnya ?
Kita isi layar TV kita dgn tontonan inspiratif selain kotbah : reality show dari kampung-kampung yang tercerahkan menjadi embrio TT. Reality show dari komunitas / keluarga yang layak menjadi model penghuni TT. Reality show dari sekumpulan org yang membangun permukiman baru, eco-techno-tribalism di satu gugus pulau di kep Seribu, mulai dari nol spt Robinson Cruiz, atau di tengah kampung kumuh di Kalipasir, Jkt misalnya, ditayangan rutin per minggu, live. Kita lihat, apakah mereka menerapkan KB? Mestinya iya.
Saya percaya mata saya, spt juga kebanyakan org. "Seeing is believing". Itu sebabnya TV dan Facebook dpt merubah dunia...
5. Ini nyanyian pagi, yg bersemangat unt menyambut tawaran anda. Ide yang cemerlang akan punya kaki dan tangan yg cepat tumbuh. Penyebaran gagasan ini melalui 'pintu masuk mereka' yaitu media bergambar, kita harapkan bisa mengarahkan lebih banyak lagi orang keluar melalui "pintu kita bersama".
Salam.
Bintang
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT
From: Orang Tani <orang.tani@gmail.com>Sender: greenlifestyle@googlegroups.comDate: Wed, 9 Jun 2010 18:30:58 +0700ReplyTo: greenlifestyle@googlegroups.comSubject: Re: [greenlifestyle] Silent Revolution !!!Begini Mas Idung,Sebetulnya ada atau tidak adanya ancaman perubahan iklim pun, keadaan bumi sudah begitu payah melayani manusia dengan gaya hidup modern yang konsumtif ini, sementara ketersediaan sumberdaya alam makin merosot (ini banyak buktinya).Ancaman yang lebih nyata adalah Peak Oil alias habisnya minyak bumi karena itu didukung dengan bukti yang tak terbantahkan (bahkan di negara kita, saya memiliki data2 akuratnya), karena bahan bakar fossil ini bukan hanya kita pakai untuk fuel tapi semua gaya hidup modern kita ditunjang oleh barang2 yang bahan bakunya dari petroleum.Mengenai perubahan iklim meski banyak juga tanda-tanda yang mengarah ke sana, tapi menurut saya ancaman itu kurang signifikan kalau dibanding besarnya ancaman bencana ekologis yang lain. Kita mengurangi emisi bisa dibilang tidak akan mengubah banyak, karena yang paling banyak menyumbang emisi itu justru negara maju, bukan kita.Silakan lihat jejak karbon negara-negara terlampir. Anda bisa lihat bahwa biang keladi kerusakan lingkungan adalah US dan negara maju lainnya, carbon footprint negara msikin seperti kita justru sangat keciil sekali. Memang kita gunduli hutan dan kita kuras tambang2 , tapi yang mengkonsumsi juga mereka juga (di samping tentu saja termasuk orang jakarta yang konsumtif ini, hehehe...., meski bukan orang2 miskin di desa).Gerakan 'transition town' sedang dilancarkan masyarakat di negara maju sejak tahun 2004. Memang transition town movement ini masih sangat muda umurnya tapi berkembang cukup cepat karena adanya ancaman Peak Oil dan Climate Change, meski pada dasarnya tanpa kedua ancaman tersebutpun mereka merasa perlu melakukan restoration (menata kembali) lingkungan alam dan lingkungan sosial yang sudah berantakan akibat modernisasi di sana.
Karena masih berusia muda gerakan ini belum terbukti keefektifannya melawan laju kecepatan kerusakan lingkungan dan sosial di dalam skala besar mengingat begitu kuatnya arus konsumerisme dan industrialisasi serta kuatnya genggaman korporasi/dunia bisnis dalam menentukan policy pemerintah. Tetapi dalam skala kecil, skala komunitas lokal (desa/kampung), bisa dikatakan gerakan mereka terbukti berhasil: penduduknya menjadi hemat energi, mengurangi pemakaian kendaraan bermotor diganti sepeda, menanam sayur di rumah dan di community garden, mereka tidak membeli barang2 impor, mengubah gaya hidup menjadi sederhana, keluarga mereka tanpa TV, berhenti makan fast food dan kembali memasak, suami-istri mengerjakan sendiri semua keperluan di rumah bahkan merenovasi rumah sendiri :)), mereka membuat tempat penjualan barang bekas, cloth recycle, mereka membuat worm farm (cacing) untuk memakan sampah dapur dan dijadikan kompos, pendidikan lingkungan di sekolah, dsb.Biarpun belum mengubah seluruh negara bisa dikatakan gerakan itu berhasil karena sebetulnya esensi perubahan itu biarpun hanya terjadi di level individu, keluarga dan kampung saja kan sudah bisa dibilang berhasil?
Nah keadaan kita di Indonesia sebetulnya bisa dibilang jauh lebih parah dari kerusakan di negara maju baik alam maupun sosialnya…….(saya jadi sulit mau melanjutkan bicara)……saya kira Anda sudah cukup tahu. Perekonomian negara kita dibangun dari industri ekstraktif (menguras sumberdaya alam) yang berbasis export-oriented industry, serta masuknya modal asing dari perekonomian global membuat Indonesia makin tak terkendali, ditambah lagi perdagangan bebas Free Trade, jadi lengkap sudah.…….Kalau bicara masalah ini kita bisa berminggu-2 nggak selesai karena akan panjang dan lebar menyangkut ke mana-mana, ya ekonomi global, ya konspirasi, ya korupsi, ya global injustices, dsb, ...cape deh.
Dalam situasi seperti ini saya melihat cuma ada satu cara, yaitu membuat gerakan transition town seperti di negara maju tsb untuk komunitas kecil di Indonesia (RT/RW/desa). Kalau banyak orang yang melakukan ini, apalagi kalau mereka terhubung dalam satu jaringan maka akan punya kekuatan untuk menuntut perubahan melalui UU otonomi daerah.
Itulah maksud gagasan Kampung Perubahan ini, Mas. Kebetulan saya ikut partisipasi dalam satu transition town di Canterbury NZ jadi saya tahu apa saja yang mereka kerjakan .Yah, itupun kalau gagasan ini diterima, kalau nggak juga nggak apa-apa, hehehe...:)) setidaknya saya sudah mencoba menawarkan pada teman2 di kampung sendiri.Wardah
2010/6/9 idung risdiyanto <idungris@gmail.com>
Salam,
Ide-nya menarik juga....tapi ada yang mengganjal terutama masalah perubahan iklim yang dianggap sebagai ancaman nomor 1 (kalau dari tulisannya mbak Wardah). Sepanjang pengetahuan saya sebagai orang biasa.....saat ini istilah "Perubahan Iklim" dan "Pemanasan Global" telah menjadi tren dan seolah-olah seperti sebuah dogma/keyakinan/agama baru.
Semua aspek selalu dikaitkan dengan perubahan iklim dan pemanasan global, misalnya kejadian banjir dan kekeringan di sebagian wilayah Indonesia selalu di vonis akibat perubahan iklim. Yang lainnya, Pembukaan lahan-lahan pertanian dan perkebunan baru dikaitkan juga dengan perubahan iklim dst...dst
Kemudian pada saat ini seolah-olah dengan menurunkan emisi karbon..persoalan perubahan iklim selesai..:). Saya setuju dengan perubahan lingkungan yang makin menurun dalam memberikan jasa alaminya baik dari segi kualitas maupun kuantitas dan kita harus berbuat untuk memperbaiki, mengurangi resikonya ataupun mengadaptasinya, Tetapi saya tidak sepakat kalau semuanya selalu disangkutkan ke perubahan iklim. Saya suka mengibaratkan seperti ini "Kalau aqidahnya saja sudah meragukan atau bahkan salah, maka syariat apapun yang dilakukan pasti salah"
Mohon maaf kalau kurang berkenan, saya sekedar memberikan prespektif lain dan terbuka untuk mendiskusikan hal ini, terutama masalah perubahan iklim.
Salam
idung (http://banyumilih.blogspot.com/)
Pada 7 Juni 2010 14:13, anita arif <anita_sy_ar@yahoo.com> menulis:
Orang Tani alias Mba' Wardah yang mulia, dan teman2 GL sekalian ...
Setuju, dan salut dengan kesadaran dan penyebaran kesadaran ini... Silent Revolution... artinya, kita lebih perlu bertindak daripada berteriak2 kan...? Dan selalu mulai dari diri sendiri dan lingkungan keluarga untuk memberi teladan... Dan seterusnya bisa lebih luas lagi untuk membentuk network...
Ya, mari kita mulai... bagi yang sudah mulai, mari kita teruskan...
Salam Lestari,
anita
From: Orang Tani <orang.tani@gmail.com>
To: greenlifestyle@googlegroups.com
Sent: Sat, June 5, 2010 5:57:44 AM
Subject: [greenlifestyle] Silent Revolution !!!
Teman-teman GL yang budiman,
Saya sedang melakukan sebuah riset untuk melihat sejauh apa masyarakat Indonesia mau melakukan perubahan gaya hidup yang signifikan untuk menjadi green dan sustainable.
Di samping mendatangi beberapa lokasi di Jawa dan Bali saya juga masuk ke komunitas virtual Milis. Yang mengejutkan, ternyata rata-rata Milis yang mendiskusikan berbagai persoalan bangsa dan negara itu sama sekali tidak peduli dengan masalah lingkungan apalagi mau mengubah gaya hidup. Mereka jauh lebih tertarik bicara terus masalah korupsi, teroris, debat agama, Susno, SBY, dan sekarang makin riuh dengan Gaza dan Israel-Palestina....
Nah, bagaimana kalau saya melempar ide KAMPUNG PERUBAHAN dan JARINGAN PERUBAHAN INDONESIA di milis GL, apa respons teman2 ??? Anda tidak harus menyenangkan saya dengan merespons positif...hehehe.....kalau menurut Anda itu tidak bisa dilakukan justru saya ingin mendengar apa hambatan/kendala nya untuk membuat Kampung Perubahan dan Jaringan Perubahan bisa berjalan di Indonesia? Itulah pertanyaan yang saya cari jawabannya dalam riset ini.
Saya yakin anggota milis GL sudah tahu ancaman sbb:
1. Perubahan Iklim: Krisis pangan, krisis air bersih, banjir, kekeringan. Sudah mulai.
2. Habisnya Minyak Bumi: Krisis energi sudah mulai. 30-40 thn lagi minyak diduga akan habis.
3. Penipisan cadangan sumberdaya alam di semua sektor dan krisis semua penopangkehidupan kita sudah mulai, pencemaran air, udara, tanah. Anda tahu kan kecepatankehilangan hutan Indonesia sekarang 1.3 - 2 juta hektar/tahun?
4. Gangguan kesehatan jiwa baik individual maupun sosial dikarenakan banyaknyakekecewaan pada pemerintah dan pada situasi secara umum
5. Konflik horizontal, karena pemerintah tidak bisa menjembatani perbedaan dan keragamankultural dalam masyarakat
6. Dekadensi moral generasi muda dan masuknya faham2/aliran pemikiran yangmembingungkan dan mengganggu proses transfer nilai antar generasi7. Terjadinya Krisis Identitas dan Krisis Kebudayaan yang akut
Sedangkan,
Kita juga tidak melihat adanya titik terang harapan dari jalannya pemerintah yang sekarang, Malah makin besar peluang negara kita diobok-obok kekuatan asing (contoh: (yang banyak beredar di milis2) dengan dijadikannya bekas menteri keuangan menjadi direktur bank dunia)
Jadi
Bagaimana kalau kita milis Green Lifestyle ini saja yang mengambil alih menentukan nasib bangsa ini ke depan?
Caranya?Masing2 kita di milis ini jadi pemimpin gerakan KAMPUNG PERUBAHAN yang dimulai di kampung atau lingkungan kita masing-masing.
Lalu,
Kita buat networking JARINGAN PERUBAHAN INDONESIA . Jaringan ini berkomunikasi melalui internet website
Masing2 kita menjadi inisiator membuat "Kampung Perubahan" di tempat kita sendiri-sendiri.
Apa saja yang dilakukan?
Bertahap.
Tahap Pertama:
1. Menggencarkan program KB
2. Mendidik masyarakat tentang kegawatan situasi (saya bisa kasih bahannya)
3. Perubahan gaya hidup:
a. Hemat energi
b. Beli produk lokal
c. Belanja di pasar tradisional dan toko tradisoonal (tidak lagi ke Carrefour/ Hero/Sogo/......semua supermarket/café/ restoran chaín/multinational, tapi mencari yang pedagang lokal untuk menghidupkan ekonomi lokal)
Tahap Kedua:
1. Menuntut pemerintah menyediakan transportasi umum
2. Menuntut pemerintah membuatkan hutan kota dan green area, membuat lubang resapan air, membenahi sungai, selokan dan saluran air.
3. Berhenti memakai pembantu rumah tangga di rumah dan mendorong repatriasi mereka dan pekerja marjinal di kota pulang kampung dan bertani lagi. (Nyonya2 Indonesia terlalu manja dengan pakai pembantu, ini yang bikin mereka punya banyak waktu dan hobi belanja dan akhirnya suami jadi korupsi. Itulah sebabnya indonesia punya jumlah mall tertinggi di dunia)
Tahap Ketiga:
1. Mempelopori pendidikan peace education di sekolah dengan menggali nilai-nilai Timur sendiri
2. Mendorong para ulama-ulami, pendeta-pendeti, duduk bersama membicarakan masalah umatnya yang terus berantem.
3. Menuntut semua agama menghentikan kegiatan misionaris untuk menarik umat lain ke dalam agamanya (ini sumber masalah dari dulu sampai sekarang)
Tahap Keempat:
1. Menuntut pemerintah melakukan perubahan kurikulum pendidikan yang sesuai dengan keadaan darurat ini (contoh: buat apa anak pintar matematika Kumon tapi bloon ketrampilan hidup, misalnya)2. Menularkan/ mengajarkan/ menyebarkan inisiatif gerakan KAMPUNG PERUBAHAN ini kepada teman/saudara/kerabat di kota, desa dan propinsi laiTahap Kelima, Keenam,....menyusul, sesuai perkembangan
Dengan network JARINGAN PERUBAHAN INDONESIA ini kita ubah milis Green Lifestyle dari sekedar KERUMUNAN menjadi BARISAN.
Dan karena berbentuk network Anda tidak bekerja sendirian melainkan terhubung dengan yang lain. Kalau mau nuntut pemerintah, kita keroyok bareng, kalau menuntut ulama-ulami, pendeta-pendeti, kita keroyok bareng.
Bagaimana? Ide gila? Hehehehe...Di saat seperti ini kita perlu ide gila begini untuk keluar dari kebuntuan, Kawan.
Kalau tidak, kalian bisa gila beneran....
Silakan lihat link-nya di bawah ini. People around the world sedang melakukan begini juga:
http://www.transitiontowns.org.nz/lyttelton
http://www.transitionnetwork.org/about
Saya tunggu tanggapan kawan-kawan GL. Tampaknya kalian sangat konsisten peduli pada problem lingkungan di sekitar kita. Mohon memberikan tanggapan yang jujur agar bisa kita ukur sama-sama apakah gerakan ini bisa dijalankan secara realistis.Saya cuma mikir kalau bukan kalian yang memulai gerakan 'transition town' di Indonesia lalu siapa lagi?Terima kasih dan Salam lestari,Wardah
--
You received this message because you are subscribed to the Google Groups "GreenLifestyle" group - Share this email!
To post to this group, send email to greenlifestyle@googlegroups.com
To unsubscribe from this group, send email to greenlifestyle-unsubscribe@googlegroups.com
For more options, visit this group at http://groups.google.com/group/greenlifestyle?hl=id--
You received this message because you are subscribed to the Google Groups "GreenLifestyle" group - Share this email!
To post to this group, send email to greenlifestyle@googlegroups.com
To unsubscribe from this group, send email to greenlifestyle-unsubscribe@googlegroups.com
For more options, visit this group at http://groups.google.com/group/greenlifestyle?hl=id
--
You received this message because you are subscribed to the Google Groups "GreenLifestyle" group - Share this email!
To post to this group, send email to greenlifestyle@googlegroups.com
To unsubscribe from this group, send email to greenlifestyle-unsubscribe@googlegroups.com
For more options, visit this group at http://groups.google.com/group/greenlifestyle?hl=id
--
You received this message because you are subscribed to the Google Groups "GreenLifestyle" group - Share this email!
To post to this group, send email to greenlifestyle@googlegroups.com
To unsubscribe from this group, send email to greenlifestyle-unsubscribe@googlegroups.com
For more options, visit this group at http://groups.google.com/group/greenlifestyle?hl=id --
You received this message because you are subscribed to the Google Groups "GreenLifestyle" group - Share this email!
To post to this group, send email to greenlifestyle@googlegroups.com
To unsubscribe from this group, send email to greenlifestyle-unsubscribe@googlegroups.com
For more options, visit this group at http://groups.google.com/group/greenlifestyle?hl=id
--
You received this message because you are subscribed to the Google Groups "GreenLifestyle" group - Share this email!
To post to this group, send email to greenlifestyle@googlegroups.com
To unsubscribe from this group, send email to greenlifestyle-unsubscribe@googlegroups.com
For more options, visit this group at http://groups.google.com/group/greenlifestyle?hl=id--
You received this message because you are subscribed to the Google Groups "GreenLifestyle" group - Share this email!
To post to this group, send email to greenlifestyle@googlegroups.com
To unsubscribe from this group, send email to greenlifestyle-unsubscribe@googlegroups.com
For more options, visit this group at http://groups.google.com/group/greenlifestyle?hl=id
--
You received this message because you are subscribed to the Google Groups "GreenLifestyle" group - Share this email!
To post to this group, send email to greenlifestyle@googlegroups.com
To unsubscribe from this group, send email to greenlifestyle-unsubscribe@googlegroups.com
For more options, visit this group at http://groups.google.com/group/greenlifestyle?hl=id--
You received this message because you are subscribed to the Google Groups "GreenLifestyle" group - Share this email!
To post to this group, send email to greenlifestyle@googlegroups.com
To unsubscribe from this group, send email to greenlifestyle-unsubscribe@googlegroups.com
For more options, visit this group at http://groups.google.com/group/greenlifestyle?hl=id
--
You received this message because you are subscribed to the Google Groups "GreenLifestyle" group - Share this email!
To post to this group, send email to greenlifestyle@googlegroups.com
To unsubscribe from this group, send email to greenlifestyle-unsubscribe@googlegroups.com
For more options, visit this group at http://groups.google.com/group/greenlifestyle?hl=id--
You received this message because you are subscribed to the Google Groups "GreenLifestyle" group - Share this email!
To post to this group, send email to greenlifestyle@googlegroups.com
To unsubscribe from this group, send email to greenlifestyle-unsubscribe@googlegroups.com
For more options, visit this group at http://groups.google.com/group/greenlifestyle?hl=id
--
You received this message because you are subscribed to the Google Groups "GreenLifestyle" group - Share this email!
To post to this group, send email to greenlifestyle@googlegroups.com
To unsubscribe from this group, send email to greenlifestyle-unsubscribe@googlegroups.com
For more options, visit this group at http://groups.google.com/group/greenlifestyle?hl=id
--
You received this message because you are subscribed to the Google Groups "GreenLifestyle" group - Share this email!
To post to this group, send email to greenlifestyle@googlegroups.com
To unsubscribe from this group, send email to greenlifestyle-unsubscribe@googlegroups.com
For more options, visit this group at http://groups.google.com/group/greenlifestyle?hl=id
--
You received this message because you are subscribed to the Google Groups "GreenLifestyle" group - Share this email!
To post to this group, send email to greenlifestyle@googlegroups.com
To unsubscribe from this group, send email to greenlifestyle-unsubscribe@googlegroups.com
For more options, visit this group at http://groups.google.com/group/greenlifestyle?hl=id
--
You received this message because you are subscribed to the Google Groups "GreenLifestyle" group - Share this email!
To post to this group, send email to greenlifestyle@googlegroups.com
To unsubscribe from this group, send email to greenlifestyle-unsubscribe@googlegroups.com
For more options, visit this group at http://groups.google.com/group/greenlifestyle?hl=id