Tuesday, 26 October 2010

[greenlifestyle] Kliping Erupsi Gunung Merapi (26 Oktober 2010, pukul 22.00 WIB)



Berita terakhir adalah bahwa Pak Maridjan dengan 2 wartawan hilang belum ditemukan.

--- On Tue, 10/26/10, Djuni Pristiyanto <belink2006@yahoo.com.sg> wrote:

From: Djuni Pristiyanto <belink2006@yahoo.com.sg>
Subject: [MG'ers] Kliping Erupsi Gunung Merapi (26 Oktober 2010, pukul 22.00 WIB)
To: "Milis Bencana" <bencana@googlegroups.com>, "Milis RebugKemanusiaan" <rembugkemanusiaanyogya@yahoogroups.com>, "Milis ForrumPRB" <forum-prb@googlegroups.com>, "Milis Lingkungan" <lingkungan@yahoogroups.com>, "Milis MG" <mg-ers@yahoogroups.com>, "Milis Suara" <suarakorbanbencana@yahoogroups.com>, "Milis Forkomnet" <ForkomNet@yahoogroups.com>, sejarah87@yahoogroups.com
Date: Tuesday, October 26, 2010, 11:11 PM

 

Daftar Isi:
  1. Merapi Meletus, 15 Orang, Korban Sementara Merapi
  2. Awan Panas Rengut Nyawa Bocah Dua Tahun
  3. Dua Orang Jadi Korban Awan Panas Merapi
  4. Wedhus Gembel Kali Ini di Luar Kelaziman
  5. Bunker tidak Boleh Dipakai Lagi
  6. Staf Presiden: Warga Akan Dipaksa Mengungsi, Warga yang berada di radius empat kilometer wajib mengungsi.
  7. Indonesia Dirundung Bencana, SBY Diminta Pulang
  8. Kendali Siaga Bencana Merapi di Empat Bupati
  9. Keberadaan Mbah Maridjan Belum Diketahui
  10. Wartawan Vivanews Diduga Hilang di Merapi
  11. Presiden SBY Perintahkan Tanggap Darurat Merapi dan Mentawai
  12. Proses Belajar 878 Murid SD di Kawasan Rawan Bencana Diungsikan
  13. Evakuasi Gunung Merapi, Sapi dan Kambing Ikut Ngungsi
  14. Pemkab Klaten Kedodoran Tangani Bencana Merapi
  15. Umbulharjo Mencekam, Mbah Maridjan Belum Bisa Dievakuasi
  16. Mbah Maridjan Masih Dicari
  17. Sultan Juga Tak Tahu di Mana Mbah Maridjan
  18. Mbah Maridjan Tidak Termasuk 15 Korban
  19. 5.599 Penduduk Lereng Merapi Wilayah Klaten Mengungsi  
  20. 1 Korban Tewas Tersengat Awan Panas

=====================================

Merapi Meletus
15 Orang, Korban Sementara Merapi
Selasa, 26 Oktober 2010 | 21:06 WIB

KLATEN.GO.ID
Gunung Merapi mulai mengeluarkan semburan awan panasnya, Selasa (26/10/2010). Ratusan warga di lereng Merapi telah dievakuasi.

YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Upaya evakuasi terhadap korban awan panas Gunung Merapi, Selasa malam, terkendala hujan abu vulkanik yang pekat dan panas yang masih menyelimuti Kawasan Rawan Bencana III.

"Kawasan Rawan Bencana (KRB) III meliputi wilayah Kecamatan Cangkringan, Pakem, dan Turi, Kabupaten Sleman, DIY," kata tim penolong dari Korem 072/Pamungkas, Letkol Beni Nugroho, di Posko Utama PBAGM di Pakem, Kabupaten Sleman, Selasa (26/10/2010).

Ia mengatakan, upaya evakuasi tim penolong baru bisa mencapai wilayah paling tinggi yaitu di kawasan pintu gerbang obyek wisata Kaliurang, atau 10 kilometer dari puncak Gunung Merapi, sehingga untuk KRB III belum dapat ditembus petugas tim penolong.

"Saat ini kami tengah mengupayakan lampu penerangan maupun lampu sorot karena listrik PLN di kawasan tersebut padam sehingga kondisinya gelap gulita," katanya.

Menurut dia, kemungkinan upaya evakuasi terhadap korban lainnya yang ada di KRB III akan dilakukan jika hujan abu vulkanik mereda.

Jumlah korban awan panas hingga Selasa pukul 20.00 WIB tercatat 15 orang, sebagian besar warga beberapa desa di Kecamatan Cangkringan, kawasan selatan kaki gunung ini.

Sampai malam itu sejumlah ambulans tampak masih hilir membawa korban ke RS Panti Nugroho, Pakem, dan bagi mereka yang luka parah dirujuk langsung ke RS dr Sardjito Yogyakarta.

http://regional.kompas.com/read/2010/10/26/21061272/15.Orang..Korban.Sementara.Merapi


 Awan Panas Rengut Nyawa Bocah Dua Tahun
Selasa, 26 Oktober 2010 | 20:33 WIB

Para warga yang berada di kawasan rawan bencana Merapi dievakuasi menuju barak penampungan di Hargobinangun, Pakem, Sleman, Selasa (26/10). TEMPO/Arif Wibowo

TEMPO Interaktif, Yogyakarta:  Seorang anak berusia dua tahun tewas terkena semburan awan panas yang keluar dari puncak Gunung Merapi. Hingga berita ini diturunkan, belum diketahui nama anak itu. "Yang pasti dia meninggal,"  kata Eko Teguh Paripurno, relawan bencana Gunung Merapi yang juga Ketua Pusat Studi Manajemen Bencana Universitas Pembangunan Nasional Yogyakarta kepada Tempo, Selasa, (26/10) malam.

Menurut Eko, saat ini dia berada  di Posko Pakem. Anak yang menjadi korban awan panas itu   berasal dari Desa Kepuh Harjo, Kaliadem, Kecamatan Cangkringan Sleman. Korban awan panas lainnya kebanyakan adalah ibu-ibu yang terlambat menyelamatkan diri saat letusan Merapi terdengar. Mereka menderita luka-luka dan saat ini dibawa ke  rumah sakit. "Jumlahnya belum diketahui secara pasti."

Eko mengatakan, pemerintah sebenarnya sudah sejak kemarin meminta anak-anak dan para ibu untuk mengungsi. "Tapi  mereka nggak ada yang  mau," katanya.

http://www.tempointeraktif.com/hg/jogja/2010/10/26/brk,20101026-287429,id.html


Dua Orang Jadi Korban Awan Panas Merapi
Keduanya terluka bakar parah dan dilarikan ke rumah sakit.
Selasa, 26 Oktober 2010, 19:58 WIB

VIVAnews - Dua orang yang mencoba bertahan tidak mengungsi di Desa Kinahrejo, Cangkringan, Sleman, terkena awan panas erupsi Gunung Merapi. Keduanya ditemukan terkapar mengalami luka bakar parah.

"Satu pria berusia lanjut, satu lagi berusia 35-an tahun," kata Staf Khusus Presiden Bidang Bencana, Andi Arief, saat dihubungi VIVAnews, Selasa 26 Oktober 2010.

Menurut Andi, kedua orang ini diduga membandel tak menuruti perintah mengungsi yang dikeluarkan otoritas berwenang. Kawasan tempat mereka ditemukan, kata Andi, merupakan kawasan wajib mengungsi.

"Sekarang kedua orang itu sudah dilarikan ke rumah sakit, sementara tempat mereka ditemukan luluh lantak terkena awan panas," kata Andi.

Sejak pukul 17.02, Merapi sudah bererupsi dalam bentuk wedhus gembel yakni awan panas berisi abu dan kerikil. Sifat letusan eksplosif yang mengarah ke barat, barat daya, selatan dan tenggara. (hs)
• VIVAnews

http://nasional.vivanews.com/news/read/185144-dua-orang-jadi-korban-awan-panas-merapi


Republika OnLine » Breaking News » Nusantara
Wedhus Gembel Kali Ini di Luar Kelaziman
Selasa, 26 Oktober 2010, 20:16 WIB

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA--Belum surutnya semburan awan panas (wedhus gembel) membuat Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Dr Surono cemas. Sudah dua jam lebih, Gunung Merapi terus mengobral wedhus gembel.

"Terus terang saya cemas dengan kondisi ini," katanya kepada wartawan, Selasa (26/10). Surono patut cemas dengan terus meluncurkan awan panas, karena ini diluar kelaziman. Ia mengatakan, ketika tahun 2006, Merapi mengeluarkan awan panas hanya berlangsung sekitar tujuh menit. Tapi pada tahun ini, sudah hampir dua jam luncuran awan panas tidak berhenti. "Ada apa dengan Merapi, kita tidak tahu," terangnya.

Dengan masih terus menyemburnya awan panas, Surono khawatir arah dan jangkauan awan panas bisa cukup jauh dan diluar perkiraan saat ini. "Karena terus keluar maka dorongan luncuran menjadi semakin kuat dan jauh." Dari kondisi itulah, Surono mengkhawatirkan keselamatan para petugas pos pengamatan yang jaraknya cukup dekat puncak Merapi.

http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/nusantara/10/10/26/142654-wedhus-gembel-kali-ini-di-luar-kelaziman


Awas Merapi
Bunker tidak Boleh Dipakai Lagi
Selasa, 26 Oktober 2010 19:41 WIB      

Kondisi bunker pada letusan 2006---ANTARA/pj
YOGYAKARTA--MICOM: Bunker yang berada di pos pengamatan Gunung Merapi tidak direkomendasikan untuk berlindung agar selamat dari bahaya letusan gunung.

Demikian dikatakan Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Surono di Yogyakarta, Selasa (26/10).

"Bunker tidak direkomendasikan sebagai tempat menyelamatkan diri karena bunker tidak mampu menahan hawa panas dari awan panas atau lahar dari Gunung Merapi," katanya.

Menurut dia, statistik telah membuktikan bahwa bunker sangat tidak aman untuk menyelamatkan diri seperti kejadian saat ada letusan Gunung Merapi pada 2006, yaitu ada dua orang relawan yang bersembunyi di bunker Kaliadem.

Kedua relawan tersebut baru ditemukan dalam waktu tiga hari setelah letusan dalam kondisi tewas. Suhu lahar yang di sekitar bunker tersebut diperkirakan mencapai 800 derajat Celcius.

Surono mengatakan, bunker hanya digunakan sebagai perlindungan akhir bagi petugas di pos pengamatan.

"Petugas pos pengamatan tersebut dapat diibaratkan sebagai kapten kapal yang bertugas menyelamatkan seluruh penumpang saat kapal akan karam," katanya, dan menegaskan bahwa seluruh petugas pos pengamatan sudah mengetahui risiko tersebut.

Oleh karena itu, lanjut dia, penyelamatan diri yang paling mungkin dilakukan adalah berlari dan berdoa apabila sudah muncul lahar atau awan panas.

"Masyarakat diminta untuk segera mengungsi saat status Gunung Merapi sudah awas, dan ada kecenderungan peningkatan aktivitas seismik setiap waktu agar terhindar dari bahaya letusan," katanya.

Awan panas yang menjadi ciri khas erupsi Merapi memiliki kecepatan 200 hingga 300 kilometer per jam tergantung dari kecuraman lereng yang dilalui. (Ant/OL-9)

http://www.mediaindonesia.com/read/2010/10/26/177895/124/101/Bunker-tidak-Boleh-Dipakai-Lagi


Staf Presiden: Warga Akan Dipaksa Mengungsi
Warga yang berada di radius empat kilometer wajib mengungsi.
Selasa, 26 Oktober 2010, 20:34 WIB

VIVAnews - Menyusul adanya dua korban terkena awan panas, otoritas berwenang dalam mitigasi bencana akan melakukan upaya paksa mengungsikan warga dari daerah bahaya.

"Kami akan lakukan upaya paksa, siapa pun harus patuh," kata Staf Khusus Presiden Bidang Bencana, Andi Arief, kepada VIVAnews, Selasa 26 Oktober 2010.

Menurut Andi, kawasan dalam radius empat kilometer dari puncak Merapi harus sudah steril. "Kemudian radius 4 kilometer sampai 7 kilometer diminta mengungsi ke posko pengungsian."

Listrik Padam

Sementara itu, aliran listrik di sejumlah kawasan di kaki Gunung Merapi sudah padam. Nahasnya, sebuah lokasi pengungsian tidak memiliki genset tenaga listrik. Akibatnya, warga semakin panik dan bingung setelah hujan kerikil terus terjadi setelah Merapi mengeluarkan erupsi.

Sementara petugas Pos Pengamatan Babadan, Kecamatan Krincing, Magelang, yang berada 4 kilometer dari puncak sudah kosong. Petugas memilih mengevakuasi diri karena diperkirakan kawasan ini menjadi arah aliran lava.

Sejak pukul 17.02, Merapi sudah bererupsi dalam bentuk wedhus gembel yakni awan panas berisi abu dan kerikil. Sifat letusan eksplosif yang mengarah ke barat, barat daya, selatan dan tenggara. (hs)

Laporan Fajar Sodiq | Magelang
• VIVAnews

http://nasional.vivanews.com/news/read/185146-staf-presiden--warga-akan-dipaksa-mengungsi


Selasa, 26/10/2010 17:58 WIB
Indonesia Dirundung Bencana, SBY Diminta Pulang
Elvan Dany Sutrisno - detikNews

Jakarta - Mantawai dilanda tsunami, Merapi dilanda wedhus gembel, Jakarta kebanjiran. Presiden SBY yang tengah mengikuti pertemuan di China diminta pulang dan terjun langsung dalam penanganan bencana di tanah air.

"Kalau urusan yang penting-penting sudah selesai, saya harap Pak Presiden mau pulang ke tanah air," ujar Wakil Ketua DPR, Priyo Budi Santoso, kepada detikcom, Selasa (26/10/2010).

Priyo menuturkan, situasi bencana di tanah air tidak dapat dianggap remeh. Seorang Presiden bertanggung jawab penuh terhadap keselamatan warganya.

"Kalau perlu beliau segera mengambil langkah cepat dengan memantau langsung ke lapangan," terang Priyo.

Gempa 7,2 SR terjadi pada Senin (25/10) malam. Gempa susulan kemudian terjadi 16 kali hingga Selasa dini hari. Tsunami pun menerjang 10 desa.

Korban tewas akibat tsunami di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, terus bertambah. Data terakhir menyebutkan, korban tewas sebanyak 31 orang. Sementara 190 orang lainnya dilaporkan hilang.
 
Ratusan warga kini juga berada di pengungsian. Mereka khawatir akan bencana susulan. Rincian pengungsi adalah di Kecamatan Sikakap, Desa Sikakap, ada 150 KK, Desa Muara Taikako 100 KK, Kecamatan Pagai Utara, Desan Silabu ada 150 KK, Kecamatan Pagai Selatan, Desa Malakopak ada 25 KK, Desa Sinakok 50 KK, Desa Malako 45 KK, Kecamatan Sipora, Desa Bosowa 125 KK.

Selain bencana Tsunami di Mentawai, rakyat Indonesia di lereng Gunung Merapi, DIY juga ketar-ketir. Sebabnya, aktivitas gunung Merapi terus meningkat, sore ini Gunung Merapi beberapa kali mengeluarkan wedhus gembel. (van/fay)

http://www.detiknews.com/read/2010/10/26/175832/1475728/10/indonesia-dirundung-bencana-sby-diminta-pulang?n991103605



Kendali Siaga Bencana Merapi di Empat Bupati
Selasa, 26 Oktober 2010, 17:19 WIB

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Staf Khusus Presiden Bidang Bencana Alam dan Bantuan Sosial, Andi Arief mengatakan, kendali penanganan kesiagaan letusan Gunung Merapi berada di kepala daerah kabupaten/kota yang berada di sekitar lokasi, yakni Boyolali, Sleman, Magelang, dan Klaten. Saat ini, penanganan Gunung Merapi itu masih berada di pemerintah daerah, tapi pemerintah pusat memberi dukungan.

Andi mengatakan, empat bupati itu mengendalikan kepemimpinan politik dalam penanganan bencana. "Kepemimpinan intelektual sudah dilakukan dengan baik oleh BNPB (Badan Nasional Penanganan Bencana)," kata Andi, Selasa (26/10). Menurut dia, prosedur penanganan kesiagaan merapi sudah berjalan dengan baik oleh pemerintah daerah setempat.

Mengutip pendapat para ahli, Andi mengatakan, Gunung Merapi secara teoretis akan meletus. Dia menambahkan, 7,5 juta kubik lava panas diperkirakan akan keluar dari Gunung Merapi. "Dampak luasan lava itu mungkin seluas luapan lumpur Lapindo," kata Andi menjelaskan. Menurut dia, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terus dilapori tentang kondisi Merapi.

http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/nasional/10/10/26/142598-kendali-siaga-bencana-merapi-di-empat-bupati



Keberadaan Mbah Maridjan Belum Diketahui
Selasa, 26 Oktober 2010, 20:55 WIB

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN-–Di manakah Mbah Maridjan kini berada? Tak ada yang tahu nasib bintang iklan Kuku Bima Energi dengan teriakan rosa-rosa itu. Petugas penyelamat dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman sampai pukul 20.30 masih terus menyisir kawasan Kinahrejo tempat Mbah Maridjan tinggal.

Wakil Bupati Sleman, Yunia Satia Rahayu, yang dikonfirmasi wartawan juga belum tahu. ''Semua orang yang belum kita evakuasi masih terus kita cari untuk dipindahkan ke barak-barak pengungsian,'' tegasnya, Selasa (26/10).

Staf Humas RSUP Dr Sardjito, Banu, mengaku korban awan panas (wedhus gembel) dari wilayah Kinahrejo yang dikirim belum diketahui apakah ada Mbah Maridjan. ''Sejauh ini kita belum tahu,'' ujarnya.

Sebelumnya kepada wartawan, Mbah Maridjan bersikukuh tidak akan pindah. Ia beralasan kondisi Merapi masih aman. Tapi, ia mempersilakan penduduk yang lain untuk mengungsi. Gunung Merapi akhirnya memuntahkan awan panas sekitar pukul 17.02 selama dua jam lebih. Luncuran awan panas tersebut mempunyai  kecepatan sekitar 200 km per jam.

http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/nusantara/10/10/26/142664-keberadaan-mbah-maridjan-belum-diketahui


Republika OnLine » Breaking News » Nasional
Wartawan Vivanews Diduga Hilang di Merapi
Selasa, 26 Oktober 2010, 22:27 WIB

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Salah satu Wartawan Vivanews, Yuniawan Nugroho, diduga masih terjebak di gunung Merapi. Wartawan yang akrab disapa Wawan ini diduga masih berada di lokasi saat sedang menjalankan tugas meliput Mbah Maridjan, Dusun Kinehrejo, Umbulharjo, Cangkringan, Sleman Yogyakarta.

Pemimpin Redaksi Vivanews, Karania Dharmasaputra, mengatakan hingga saat ini masih mencari informasi tentangkeberadaan Wawan di gunung Merapi. "Kita sudah menghubungi tim SAR, tapi belum ada informasi,"ujar Karania saat dihubungi Republika, Selasa (26/10).

Karania mengatakan, Vivanews terakhir berhubungan dengan Wawan pada sekitar pukul 06.00 WIB kurang. Saat itu, ujar Karania, Wawan masih sempat melaporkan bahwa Mbah Maridjan sedang melakukan Sholat di Masjid dekat kediamannya.

Saat sirine tanda bahaya berbunyi, Wawan, asisten Mbah Maridjan, Agus dan keluarga Mbah Maridjan sempat turun ke bawah. Akan tetapi, ujarnya, Wawan berinisiatif kembali ke kediaman Mbah Maridjan. "Mungkin karena gak tega,"tutur Karania.

Meski belum menemukan tanda-tanda keberadaan Wawan, Karania mengaku sempat kontak dengan asisten Mbah Maridjan, Agus. Dalam kontak itu, ujarnya, Agus lah yang menceritakan bahwa Wawan kembali lagi ke atas kediaman Mbah Maridjan.

http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/nasional/10/10/26/142687-wartawan-vivanews-diduga-hilang-di-merapi


Republika OnLine » Breaking News » Nasional
Presiden SBY Perintahkan Tanggap Darurat Merapi dan Mentawai
Selasa, 26 Oktober 2010, 22:23 WIB

REPUBLIKA.CO.ID,HANOI--Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi mengatakan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memerintahkan langkah tanggap darurat untuk penanganan dampak letusan gunung Merapi di Yogyakarta dan gempa bumi yang disusul dengan tsunami di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. "Bapak Presiden menginstruksikan kepada Bapak Wakil Presiden, menteri terkait, dan Kepala BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) untuk segera melakukan langkah apapun, utamanya tanggap darurat," kata Sudi Silalahi dalam keterangan kepada wartawan di Hanoi, Vietnam, Selasa.

Sudi menyebut, pemerintah akan fokus pada penyaluran bantuan, seperti makanan dan obat-obatan kepada para korban dan pengungsi di kedua lokasi bencana itu. Selain itu, presiden juga memerintahkan evakuasi secepatnya kepada penduduk setempat yang berada di daerah bahaya.

Setelah tiba di Hanoi, Presiden Yudhoyono menerima laporan dari Wakil Presiden Boediono tentang kondisi setelah letusan gunung Merapi di Yogyakarta dan gempa bumi yang disusul dengan tsunami di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Untuk itu, Presiden Yudhoyono membatalkan acara jamuan makan malam bersama Presiden Vietnam, Nguyen Minh Triet, yang dijadwalkan pada Rabu (27/10), karena Presiden Yudhoyono akan meluangkan waktu untuk memantau perkembangan penanganan dampak bencana di Yogyakarta dan Mentawai.

"Presiden sudah meminta komunikasi dengan Presiden Vietnam untuk membatalkan acara 'dinner'," kata Sudi Silalahi. Sudi menjelaskan, Presiden Nguyen Minh Triet sepakat dengan hal itu, sehingga rencana jamuan makan malam secara resmi dibatalkan.

Sudi menjelaskan, Presiden Nguyen Minh Triet juga mengucapkan duka yang mendalam akibat bencana yang terjadi tersebut. Menurut Sudi, Presiden Yudhoyono akan menyesuaikan agenda kerja di Vietnam, baik kunjungan kenegaraan maupun KTT ke-17 ASEAN. "Presiden tentu akan menyesuaikan sesuai dengan laporan dari Wakil Presiden," kata Sudi.

Sudi menjelaskan, Wakil Presiden Boediono rencananya akan ke Mentawai pada Rabu (27/10) dan akan terus melaporkan perkembangan kepada Presiden Yudhoyono. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengadakan kunjungan kenegaraan di Vietnam untuk memenuhi undangan Presiden Vietnam Nguyen Minh Triet.

Presiden RI direncanakan akan mengadakan pembicaraan bilateral dengan Presiden Nguyen Minh Triet untuk lebih meningkatkan hubungan kerja sama dan persahabatan Indonesia dan Vietnam. Sebelum pertemuan antarkedua kepala negara dimulai, Presiden RI akan meletakkan karangan bunga di Mausoleum Presiden Vietnam pertama, Ho Chi Minh.

Presiden RI juga dijadwalkan akan mengadakan pertemuan dengan Perdana Menteri Vietnam, Nguyen Tan Dung dan Ketua Parlemen Vietnam, Nguyen Phu Trong pada hari yang sama. Selain itu, Presiden RI akan menerima kunjungan kehormatan Ketua Vietnam Union of Friendship Organization dan Ketua Vietnam-Indonesia Friendship Association.

Seusai mengadakan kunjungan kenegaraan, Presiden RI akan tetap berada di Hanoi untuk menghadiri KTT ke-17 ASEAN dan serangkaian KTT lainnya, termasuk East Asia Summit yang akan berlangsung pada 28-30 Oktober 2010 di Hanoi. Di sela-sela KTT tersebut, Presiden RI juga akan melakukan pertemuan bilateral dengan beberapa kepala negara/kepala pemerintahan.

http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/nasional/10/10/26/142686-presiden-sby-perintahkan-tanggap-darurat-merapi-dan-mentawai


Proses Belajar 878 Murid SD di Kawasan Rawan Bencana Diungsikan
Selasa, 26 Oktober 2010, 12:07 WIB

REPUBLIKA.CO.ID, MAGELANG--Total murid sekolah dasar (SD) yang harus dievakuasi untuk melakukan aktivitas belajar-mengajar di lokasi yang lebih aman mencapai 878 murid. Mereka berasal dari delapan sekolah dasar yang berada di wilayah Kawasan Rawan Bencana (KRB) II dan I Gunung Merapi, di Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang.

Rinciannya SDN Tegalrandu sebanyak 81 , SDN Ngablak 126, SDN Mranggen I 193 murid, SDN Kaliurang I 109 murid, SDN Kaliurang II 96 murid, SDN Kemiren 110 murid, SDN Soka 62 murid, dan SD Kamongan 101 murid.

Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Magelang, Drs Ngaderi Budiono mengatakan belum semua murid ini bisa dievakuasi dari desanya.

Tercatat baru murid sekolah dari dua desa yang masuk KRB. Masing- masing murid SDN I Kemiren, Desa Kemiren dan sebagian murid SDN Kalurang, Desa Kaliurang, Kecamatan Srumbung.

"Sisanya, masih terus diupayakan untuk bisa melaksanakan proses belajar ke lokasi yang lebih aman," ujar Ngaderi kepada wartawan, di Desa Kaliurang, Selasa (26/10).

Untuk 35 murid SDN Kemiren, jelasnya, mulai pagi kemarin sudah bergabung dengan murid SDN Jerukagung. Sementara sebanyak 26 murid SDN Kaliurang sudah bergabung di SDN Tanjung Kecamatan Muntilan.

Berdasarkan pantauan Republika, proses belajar anak- anak pengungsian ini dapat berjalan lancar, meski mereka tidak memakai seragam sekolah seperti lainnya.

http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/nusantara/10/10/26/142511-proses-belajar-878-murid-sd-di-kawasan-rawan-bencana-diungsikan


25 Oktober 2010 | 18:18 wib
Berita Aktual » Daerah
Evakuasi Gunung Merapi
Sapi dan Kambing Ikut Ngungsi

Yogyakarta, CyberNews. Peningkatan status Gunung Merapi dari siaga ke awas membuat perangkat desa di kawasan gunung sibuk. Mereka menyiapkan evakuasi, membimbing masyarakatnya agar selamat dan terhindar dari bencana. Tak hanya manusia yang harus mengungsi dan mendapat tempat layak, hewan ternak pun ikut ngungsi. "Desa menyediakan lokasi khusus untuk pengungsian ternak. Sebagian besar penduduk sini beternak sapi perah dan kambing. Jadi kemungkinan hewan piaran juga ikut dibawa mengungsi," ungkap Kepala Desa Kepuharjo, Heri Saputro, Senin (25/10).

Penduduk di wilayahnya setiap hari mencari rumput untuk pakan ternak. Sebelum peningkatan status, banyak yang mencari hampir mendekati puncak yakni tiga-empat kilometer dari puncak. Namun kini semua aktivitas tersebut dihentikan karena ancaman letusan Merapi. Begitu pula penambangan pasir juga dihentikan sampai batas waktu yang tidak ditentukan. "Semua ini kami lakukan setelah memperoleh kepastian dari pemerintah, BPPTK dan semua pihak agar tak ada korban ketika bencana datang. Bantuan sudah lengkap," tuturnya.

Sebagai ujung tombak pemerintah desa, dia dan seluruh perangkat terjun langsung menemani warga. Kesibukan semacam itu sudah bukan hal baru. Merapi bagi dia dan warga merupakan sahabat karena dari sanalah kesuburan datang dan dari sana pula mereka menggantungkan hidupnya. Kalau sesekali Merapi memperlihatkan aktivitas, mereka menganggapnya wajar. Kearifan berdampingan dengan alam menjadi contoh bagi masyarakat perkotaan yang suka merusak lingkungan.

http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2010/10/25/68715/Sapi-dan-Kambing-Ikut-Ngungsi


 Pemkab Klaten Kedodoran Tangani Bencana Merapi
Senin, 25 Oktober 2010 17:27 WIB      

KLATEN--MICOM: Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Klaten, Jawa Tengah, dinilai tidak siap menangani pengungsi letusan Gunung Merapi. Itu terlihat dari persiapan logistik yang kedodoran, walau status gunung itu saat ini meningkat menjadi awas.

Persiapan barak pengungsi yang menurut rencana akan dibangun di tiga titik, yaitu di lapangan Desa Keputran, Dompol, dan Bawukan, hingga Senin (25/10) belum direalisasikan sehingga menimbulkan kekhawatiran para calon pengungsi.

Kekhawatiran warga itu tidak berlebihan, sebab perangkat desa telah meminta warga di kawasan rawan bencana untuk mengemasi barang-barang berharga yang akan dibawa mengungsi.

"Kami sudah diminta untuk bersiap-siap mengungsi. Tetapi, kalau baraknya belum ada lantas kami hendak ditampung di mana?" tanya Supardi, 55, warga Deles, saat ditemui mediaindonesia di rumahnya.

Pemkab Klaten, seperti dikemukakan Sekretaris satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana (Satlak PB) Klaten Sri Wonoto, menyiapkan barak pengungsian di tiga lokasi dengan daya tampung sekitar 7.000 orang. Namun, rencana itu belum direalisasikan hingga Merapi ditetapkan menjadi awas.

Selain barak pengungsian, jalur evakuasi yang rusak juga belum diperbaiki. Untuk perbaikan jalur evakuasi sepanjang 36 kilometer, menurut Kepala Dinas Pekerjaan Umum ajudin Akbar, pemkab terkendala biaya karena mencapai Rp30 miliar.

Sementara itu, Sekretaris Desa Sidorejo Gathot Winarno mengatakan sebanyak 1.588 warganya yang berada di kawasan rawan bencana erupsi Merapi akan ditampung sementara di balai desa jika barak pengungsian belum juga siap. (OL-01)

http://www.mediaindonesia.com/read/2010/10/25/177570/124/101/Pemkab-Klaten-Kedodoran-Tangani-Bencana-Merapi


Umbulharjo Mencekam
Mbah Maridjan Belum Bisa Dievakuasi
Laporan wartawan KOMPAS Irene Sarwindaningrum
Selasa, 26 Oktober 2010 | 22:18 WIB

YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Suasana Kelurahan Umbulharjo, Cangkringan, pasca-erupsi Merapi, Selasa (26/10/2010) malam, mencekam.

Sejumlah ambulans dan mobil yang mengangkut korban berkali-kali melintas dengan kecepatan tinggi dan sirene meraung-raung. Polisi dan tentara tampak sibuk mengamankan jalur evakuasi di depan kantor Kelurahan Umbulharjo yang digunakan sebagai barak pengungsian. Di kantor ini, ratusan pengungsi berkumpul di ruangan dan tenda darurat.

Setidaknya satu korban jiwa telah ditemukan di Kelurahan Umbulharjo dan dua orang terluka karena terkena awan panas.

Kepala Bagian Operasi Polres Sleman Kompol Arthur Simamora mengatakan, situasi terparah saat ini adalah Dusun Kinahrejo. Dusun itu masih sulit ditembus karena terkubur materi vulkanik setebal 5 sentimeter.

Selain itu, sejumlah pohon tumbang dan lampu mati juga mempersulit proses evakuasi di desa tempat tinggal juru kunci Merapi Mbah Maridjan tersebut. Sampai saat ini, Mbah Maridjan yang bertahan di dusun bersama beberapa warga lainnya belum bisa dievakuasi.

http://regional.kompas.com/read/2010/10/26/22183857/Mbah.Maridjan.Belum.Bisa.Dievakuasi


Merapi Meletus
Mbah Maridjan Masih Dicari
Selasa, 26 Oktober 2010 | 21:38 WIB

KALIURANG, KOMPAS.com — Nasib juru kunci Gunung Merapi, yakni Mbah Maridjan, hingga kini belum diketahui. Dua tim SAR dikerahkan untuk mencari sekaligus mengevakuasi Mbah Maridjan yang tinggal di Dusun Kinahrejo, Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman.

Dari pantauan Tribunnews.com, dua tim SAR menggunakan mobil offroad dikerahkan untuk menjemput Mbah Maridjan. Selain itu, Tim SAR juga akan menjemput satu warga lain, yakni Pak Poimin, yang tak lain tokoh masyarakat di Desa Kepuhardjo, Cangkringan, Sleman.

Informasi yang dikumpulkan Tribunnews.com, sebelum terjadi letusan Gunung Merapi pada pukul 17.02 WIB, sebenarnya sudah dilakukan evakuasi. Satu jam sebelum meletus, sirene telah dibunyikan dan warga berduyun-duyun meninggalkan kampung.

Namun, menurut warga, Mbah Maridjan dan Pak Poimin tetap bertahan di desanya yang jaraknya sekitar 3 kilometer dari puncak Merapi.

Kepala BPPTK Subandriyo mengatakan, letusan Gunung Merapi terjadi tepat pukul 17.02 WIB. Saat letusan terjadi, Merapi juga menyemburkan awan panas berikut material panas berupa kerikil dan debu panas.

Puluhan orang kini mengalami luka akibat melepuh dan sesak napas. Satu orang bayi berumur 2 bulan tewas karena sesak napas akibat menghirup abu vulkanik dari letusan Gunung Merapi. (Tribunnews/Bramasto Adi)

http://regional.kompas.com/read/2010/10/26/21384558/Mbah.Maridjan.Masih.Dicari


Merapi Meletus
Sultan Juga Tak Tahu di Mana Mbah Maridjan
Selasa, 26 Oktober 2010 | 22:17 WIB

SLEMAN, KOMPAS.com — Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X mengaku hingga kini belum mengetahui nasib juru kunci Gunung Merapi, Ki Surakso Hargo atau Mbah Maridjan.

"Sampai saat ini saya tidak mengetahui nasib Mbah Maridjan dan hingga sekarang juga belum ada kontak," katanya di Posko Utama Sleman, Selasa (26/10/2010) malam.

Terkait dengan letusan Gunung Merapi, Sultan meminta kalangan warga yang berada di Kawasan Rawan Bencana (KRB) II dan III untuk segera turun ke barak pengungsian.

"Kami semua tidak tahu apakah masih akan ada letusan lagi atau tidak, kami meminta warga tetap waspasda dan yang masih berada di KRB II dan III untuk turun ke barak pengungsian karena lebih aman," katanya.

Data di Posko Utama Penanggulangan Bencana Sleman hingga kini tercatat jumlah korban sembilan orang.

Korban yang mengalami luka bakar sebanyak empat orang, yakni Ny Ratmi (30), warga Kinahrejo, Umbulharjo, Cangkringan, yang mengalami luka bakar 63 persen dan dirawat di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta.

Kemudian Arif Candra (23), warga Kedungsriti, Umbulharjo, Cangkringan, yang mengalami luka bakar 40 persen dan dirawat di RSUP Dr Sardjito.

Triwahyu (17), warga Kedungsriti yang mengalami luka bakar 40 persen, dirawat di RSUP Dr Sardjito; Ny Pujo (68), warga Pakem, Hargobinangun, mengalami luka bakar 60 persen dan dirawat di RSUP Dr Sardjito.

Mugiyo, warga Kinahrejo, Kecamatan Cangkringan, tewas di lokasi dan saat ini masih di RS Panti Nugroho Pakem, sedangkan Maulina (23), warga Hargobinangun, mengalami sesak napas.

Sri Yuliati (34), warga Dusun Gondang, Umbulharjo, Cangkringan, mengalami sesak napas, dan Muji Taryo (50), warga Ngrangkah, Umbulharjo, Cangkringan, mengalami sesak napas.

http://regional.kompas.com/read/2010/10/26/22171292/Sultan.Juga.Tak.Tahu.Dimana.Mbah.Marijan


Merapi Meletus
Mbah Maridjan Tidak Termasuk 15 Korban
Selasa, 26 Oktober 2010 | 22:07 WIB

YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Keberadaan juru kunci Gunung Merapi, Surakso Hargo atau Mbah Maridjan, hingga Selasa (26/10/2010) pukul 21.30 WIB belum diketahui sehubungan dengan mulainya aktivitas erupsi gunung berapi teraktif di Indonesia itu.

"Mbah Maridjan hingga kini belum diketahui keberadaannya. Beberapa saksi masih melihat Mbah Maridjan di sekitar rumahnya beberapa saat sebelum erupsi Merapi," kata Ketua Satkorlak Kabupaten Sleman, DIY, Taufiq Wahyudi di Sleman.

Namun, Mbah Maridjan yang tinggal di Dusun Kinahrejo, Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, DIY, yang berjarak sekitar 6 kilometer dari puncak Merapi itu hingga kini belum ditemukan.

Berdasarkan informasi, Mbah Maridjan tidak termasuk dalam 15 korban yang dirujuk ke rumah sakit.

Ke-15 korban itu mengalami luka bakar akibat terkena awan panas Gunung Merapi dan langsung dibawa ke rumah sakit oleh tim penolong.

"Mereka dibawa ke Rumah Sakit Panti Nugroho Pakem dan Rumah Sakit Dr Sardjito Yogyakarta untuk mendapatkan perawatan," katanya.

Menurut dia, evakuasi terhadap warga terus dilakukan di sejumlah desa kawasan rawan bencana III.

Tim gabungan dari SAR, Tanggap Siaga Bencana (Tagana), Tentara Nasional Indonesia (TNI), dan Palang Merah Indonesia (PMI) terus melakukan penyisiran.

"Mereka menyisir sejumlah desa di Kecamatan Cangkringan, Pakem, dan Turi, karena diduga masih ada sejumlah warga yang belum mengungsi, termasuk untuk mengevakuasi kemungkinan ada korban awan panas Merapi," katanya.

Awan panas dari puncak Gunung Merapi yang terjadi pada Selasa petang, arah luncurannya ke selatan dan barat daya. Namun, petugas Pos Pengamatan Gunung Merapi (PGM) tidak bisa mengetahui jarak luncur awan panas tersebut karena gunung tertutup kabut.

Informasi dari Posko Utama Penanggulangan Bencana Gunung Merapi di Pakem, Sleman, DIY, menyebutkan, luncuran awan panas pertama terjadi sekitar pukul 17.02 WIB, kedua pukul 17.19, ketiga pukul 17.24 WIB, dan keempat pukul 17.34 WIB.

http://regional.kompas.com/read/2010/10/26/22071237/Mbah.Marijan.Tidak.Termasuk.15.Korban


Selasa, 26/10/2010 22:04 WIB
5.599 Penduduk Lereng Merapi Wilayah Klaten Mengungsi  
Muchus Budi R. - detikNews

Jakarta - Semua penduduk desa di lereng Gunung Merapi yang masuk wilayah Klaten, Jawa Tengah, dipastikan aman di pengungsian. Sebanyak 5.599 penduduk saat ini tengah tinggal di 3 posko pengungsian di Klaten.

"Seluruh kawasan rawan bencana di Klaten sudah kosong. Sebanyak 5.599 orang sudah berkumpul di tiga pos pengungsian di Desa Bawukan, Desa Keputran, dan Desa Dompol," ujar Camat Kemalang, Klaten, Suradi, kepada wartawan di lokasi pengungsian di Kemalang, Selasa (26/10/2010).

Suradi menuturkan, para pengungsi ditempatkan di sejumlah tempat yang aman dari abu vulkanik. Sekolah dan kantor kecamatan dipilih sebagai tempat pengungsian.

"Adapun yang dipakai untuk tempat pengungsian adalah SDN I  dan SDN II Bawukan, SDN I dan II Keputran, SMPN I Kemalang, SDN I Dompol, dan aula Kecamatan Kemalang," ujar Suradi.

Sejumlah pengungsi yang sakit saat ini tengah dirawat di Puskesmas Kemalang. Beberapa pengungsi yang kurang sehat juga menjalani rawat jalan.

"Saat ini ada lima orang yang dirawat inap di Puskesmas Kemalang karena kelelahan. Lima orang lagi dirawat jalan," terang Suradi.

Namun demikian, Suradi berharap ada bantuan logistik dari pemerintah daerah atau pemerintah pusat. Hal ini penting mengingat logistik yang tersedia hanya cukup untuk dua hari saja.

"Sementara logistik hanya aman untuk dua hari. Berikutnya ada tambahan logistik lagi," terangnya.

http://www.detiknews.com/read/2010/10/26/220432/1475953/10/5599-penduduk-lereng-merapi-wilayah-klaten-mengungsi


Selasa, 26/10/2010 22:14 WIB
Gunung Merapi Meletus
1 Korban Tewas Tersengat Awan Panas  foto
Febriani - detikNews

Warga Sekitar Merapi Diungsikan
Sleman - Satu lagi warga lereng Gunung Merapi ditemukan tewas akibat serangan awan panas. Jasadnya saat dievakuasi sudah dalam kondisi meringkuk dan tertutup lapisan debu vulkanik.

Korban diketahui berjenis kelamin pria. Kulit pada tungkai dan lengan terlihat menyatu akibat tersengat awan panas dengan ekpresi wajah yang menyiratkan tengah menahan rasa sakit luar biasa.

Lapisan debu vulkanik menutupi luka bakar yang menimpanya. "Ini kami evakuasi dari desa Kinah Rejo," kata petugas SAR di UGD RS Panti Nugroho, Jl Kaliurang km.17, Sleman, Selasa (26/10/2010).

Tidak lama kemudian, secara berturut-turut datang empat korban luka bakar yang syukurnya dalam kondisi hidup. Salah seorang di antara mereka adalah sukarelawan yang pada saat kejadian sedang melakukan evakuasi terhadap warga desa Kali Tengah.

Tiga lainnya adalah dua orang pria dan seorang nenek. Ketika keluar dari ambulan, seluruh tubuhnya dibungkus selimut dan bagian kepala berlapis debu vulkanik.

"Mereka dari desa Kinahan, desa tempat tinggal Mbah Maridjan," jelas petugas SAR.
(lh/gah)

http://www.detiknews.com/read/2010/10/26/221426/1475958/10/1-korban-tewas-tersengat-awan-panas?nd991103605


__._,_.___
Recent Activity:
ForChong Online
Mahasiswa Pecinta Alam UGM Yogyakarta-Indonesia.
Lengkapi Data Anda di http://groups.yahoo.com/group/mg-ers/database?method=addRecord&tbl=1
.

__,_._,___

--
You received this message because you are subscribed to the Google Groups "GreenLifestyle" group - Share this email!
To post to this group, send email to greenlifestyle@googlegroups.com
To unsubscribe from this group, send email to greenlifestyle-unsubscribe@googlegroups.com
For more options, visit this group at http://groups.google.com/group/greenlifestyle?hl=id