YOGYAKARTA - Sebanyak 30 keluarga terdiri atas ayah, ibu, dan anak dari Forum Keluarga dan Anak Cinta Lingkungan terlibat kegiatan bersih-bersih di Jalan Malioboro kemarin. Mereka membersihkan sampah yang tak terurus setelah perhelatan Jogja Java Carnival, Sabtu malam lalu.
"Ini kampanye penyelamatan lingkungan yang melibatkan keluarga," kata Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Daerah Istimewa Yogyakarta Suparlan. Kegiatan dalam rangka ulang tahun Wahana Lingkungan Hidup alias Walhi ini yang ke-30 ini, menurut Suparlan, sekaligus kritik atas event besar di Yogyakarta yang dilakukan tanpa mempedulikan soal sampah.
Termasuk yang dikritik Walhi, Jogja Java Carnival. "Masak dalam perhelatan sebesar itu panitia tak menyediakan kotak pembuangan sampah. Ya, akhirnya masyarakat membuang sampah seenaknya," ujar Suparlan. Dia mengatakan, ke depan, Walhi akan terus bertindak sebagai "tukang sampah" dalam event besar di Yogyakarta.
Sampah yang terkumpul dalam aksi kemarin, menurut Koordinator Forum Keluarga Ning Raswani, mencapai 50 bak besar. Sebelum dibawa ke tempat pembuangan, sampah-sampah tersebut dipilah menjadi sampah plastik dan nonplastik.
"Kami berharap kampanye Forum Keluarga ini menyebar di kalangan masyarakat," kata Ning. Menurut dia, kesadaran lingkungan mudah dibangun jika anak diajak untuk mencintai lingkungan sejak dini. "Dimulai dari hal-hal kecil," katanya.
Adapun Jogja Java Carnival, kegiatan untuk memperingati ulang tahun ke-254 Kota Yogyakarta, Sabtu lalu, berlangsung spektakuler. Sekitar 1.000 penari terlibat acara ini.
Puluhan ribu penonton tampak terpikat pada kostum, gerak, tari, dan kendaraan hias yang disuguhkan sejak pukul 19.00. Mereka telah memadati ruas jalan sepanjang Malioboro sejak pukul lima sore.
Saking padatnya, kawasan Malioboro dan Alun-alun Utara jadi sangat sumpek dan panas. Beberapa penonton bahkan pingsan.
Beruntung panitia menyediakan layar lebar di beberapa tempat. Salah satu penonton, Sartoyo, mengaku akhirnya membawa anaknya menonton dari layar lebar di Jalan Kolonel Sugiyono. Karena tak kuat berdesakan, dia mengajak anaknya, Surya Kusuma, pulang. "Secara tidak sengaja mereka menemukan layar di Museum Perjuangan," katanya. BERNADA RURIT