Saturday, 28 May 2011

Re: [greenlifestyle] Undangan The Indonesian Forum Seri 7, TheIndonesian Institute Tema REDD+ dan Masyarakat Adat: Antara Berkah dan Bencana

Dear pak ES yb. Apa khabar? InsyaAllah sehat dan baik-2 saja. Amin.
 
Terimakasih atas informasinya.  Saya baru tau kalau begitu kenyataannya/
 
Iya pak saya setuju coba tau dulu masalah-2 PI dan dampak negatifnya dan bebenah ke "dalam"  dulu.
FYI: Dalam diskusi intensif kemarin 25-26 Mei oleh KLH, untuk 'TAU" tentang Daya Dukung & Tampung LH saja saya kira penguasaan (baik ilmiah maupun praktis) dari kita semua (terutama para pengambil keputusan, apalagi di daerah-2) nampaknya belum dikuasai sepennuhnya sehingga kebijakan pemanfaatan ruang hampir selalu tidak tepat.  
 
Ya kenyataannya memang banyak faktor pengaruh sebelum menentukan 'land use' dst itu.  Belum lagi pemetaan daerah bencana di domisili masing-2 saya rasa belum terekam secara lengkap (apalagi akurat). 
 
Begitulah sungguh memprihatinkan, sebab nampaknya setelah kejadian bencana baru pada sibuk memperbaikinya setelah banyak koran (manusia) maupun benda, dst. 
Memang gempa tak mungkin dapat diprediksi sebelumnya, tapi palingtidak sd\udah banyak ilmuwan yang a.l.melalui simulasi bisa menunjukkan di mana kawasan rawan bencana (tak hanya gempa dengan segala akibatnya - tsunami, tanah longsor, dll) yang sebaiknya dikonservasi saja dan pemanfaatan terbatas saja
.
Iya pak yang saya baca pertanyaan memang sudah lebih dari 3 dgn perjalanan waktu.
Salam HL dan selamat pagi, mau siap-2 berangkat ngajar pak.  Sampai ketemu lain kali.
Ning P
----- ----
Sent: Saturday, May 28, 2011 2:05 AM
Subject: Re: [greenlifestyle] Undangan The Indonesian Forum Seri 7, TheIndonesian Institute Tema REDD+ dan Masyarakat Adat: Antara Berkah dan Bencana
 
Ibu Ning, pertanyaan utk hal ini lebih dari 3 ... Sayangnya para negosiator kita di perubahan iklim belum/tdk pernah berfikir ttg pertanyaan2 spt itu sebelum mereka bertempur 'di arena' internasional. Mereka lebih sibuk mikirin agenda2 jalan2 selanjutnya? ..
Seharusnya selama kita punya kepentingan krn akan berdampak pd masyarakat kita ... Para negosiator atau lebih tepatnya 'kontingen' rombongan DELRI mengkaji dulu di dalam bukan setelah semua terjadi spt 'kebingungan' ... Khawatir sy spt CDM yg dugaan sy lebih besar pasak dr pd tiang krn jln2 tsb jika dihitung pastilah total emisi yg dkeluarkan akan lebih besar dr reduksi dr proyek2 CDM .. Ditambah lagi smp saat ini sy belum melihat manfaat dari pembangunan berkelanjutan terjadi sbg salah satu syarat CDM selain reduksi yg terlupakan .... Salam, ES
----------------
From: "ning purnomohadi" <prasetyo@centrin.net.id> Sender: greenlifestyle@googlegroups.com
Date: Sat, 28 May 2011 01:49:51 +0200
Mbak Lola, setau saya sudah ada 3 pertanyaan tentang tempat Diskusinya (venue?).
Mohon ada jawaban, terimakasih.  Salam HL, Ning P
----- -----
From: lola amelia To: greenlifestyle@googlegroups.com Sent: Thursday, May 26, 2011 6:58 AM
Subject: [greenlifestyle] Undangan The Indonesian Forum Seri 7, The Indonesian Institute Tema REDD+ dan Masyarakat Adat: Antara Berkah dan Bencana
Bersama ini kami mengundang Bapak/Ibu/Sdr/Sdri dalam Diskusi
"THE INDONESIAN FORUM Seri 7"
Waktu                   : Rabu, 1 Juni 2011 Pk. 14.00-16.00 WIB
Tema                    : REDD-plus dan Masyarakat Adat : Antara Berkah dan Bencana
 
Lebih dari 2 juta hektar hutan Indonesia terbabat setiap tahunnya. Ini berarti untuk setiap detiknya, lebih dari hutan seluas 30 lapangan sepakbola hilang (Greenpeace International) Menyadari fungsi hutan yang sangat penting bagi kehidupan manusia, masalah deforestasi ini telah menjadi perhatian dunia. Masyarakat global pun mulai meyadari bahwa masalah deforestasi bukanlah tanggung jawab Indonesia semata, melainkan tanggung jawab global.
Bertolak dari hal di atas, maka dikembangkanlah sistem REDD-plus atau Reducing Emission from Deforestation and forest Degradation Plus yaitu sebuah skema Internasional (secara sukarela), yang bukan hanya pemberian insentif dari negara pengemisi karbon kepada Negara yang mempunyai hutan luas, seperti Indonesia karena keberhasilannya mengurangi emisi dari deforestasi dan degradasi hutan, tetapi juga peningkatan penyerapan karbon melalu konservasi, pengelolaan hutan lestari dan peningkatan cadangan-cadangan karbon hutan.
Dalam konteks Indonesia, penerapan sistem ini melibatkan banyak pihak dan kepentingan. Misalnya masyarakat adat, dimana hutan adalah sumber penghidupan mereka. Belum adanya undang-undang yang spesifik mengatur tentang perlindungan masyarakat adat menyebabkan banyak kalangan khawatir bahwa penerapan REDD-plus ini hanya akan "menggusur" masyarakat adat dari tanah mereka sendiri.
Menyikapi hal ini, maka timbul pertanyaan, apakah betul REDD-plus ini adalah sesuatu yang hanya memiliki dampak negatif, dan tidak akan benar-benar sampai ke tujuannya untuk mengatasi perubahan iklim?
Pertanyaan Diskusi:
1  Bagaimana sebenarnya mekanisme penerapan REDD–plus di Indonesia?
Apa dampak nyata dari pelaksanaan REDD-plus terhadap masyarakat adat?
2 Bagaimana menyikapi antara ketidaksiapan kebijakan perlindungan masyarakat adat dengan urgensi pelaksanaan REDD-plus di Indonesia?  
Pengantar diskusi oleh:
(1)  Agus Purnomo (Staf Khusus Presiden bidang Perubahan Iklim)
(2)  Abdon Nababan (Sekjen Aliansi Masyarakat Adat Nusantara)
(3)  Viva Yoga Mauladi (Anggota komisi IV DPR RI, Fraksi PAN)
Moderator: Debra H. Yatim (Dewan Penasehat The Indonesian Institute).
Sampai jumpa di Diskusi TIF. Pada akhir acara, akan dibagikan rangkuman hasil diskusi.
Salam, Adinda Tenriangke Muchtar. Direktur Program The Indonesian Institute
Konfirmasi dan Informasi:  Lola 081320255817 – ameliaislola@gmail.com
Lola Amelia Peneliti Kebijakan Sosial dan Isu Gender
The Indonesian Institute 081320255817
----------------------