Friday, 8 June 2012

RE: [greenlifestyle] Tanya: Konsep Ekonomi Hijau membuat lingkungan semakin baik atau sebaliknya?

Mel sy yakin tdk akan ada yg mampu mencerahkan kamu dan kita2 sbg org2 yg berada di satu sisi dunia, sedangkan di sisi dunia lain segerombolan org tdk pernah puas dgn berkah hari ini dan terus berupaya utk mengeruk manfaat, org yg matipun masih bisa dieksploitasi, koloni di planet mars sdh dimulai dsb. Jadi keep on moving aja, menyatukan langkah dgn banyak org akan semakin baik, biar bumi terus ikut bergerak dan kita bahagia bergerak bersamanya.

 

Abdi Bumi  

 

From: greenlifestyle@googlegroups.com [mailto:greenlifestyle@googlegroups.com] On Behalf Of armely meiviana
Sent: Friday, June 08, 2012 12:49 PM
To: greenlifestyle
Subject: [greenlifestyle] Tanya: Konsep Ekonomi Hijau membuat lingkungan semakin baik atau sebaliknya?

 

Kawans,

 

Beberapa hr yang lalu membaca artikel di Kompas. Saya copy di bawah ini.

 

Pertanyaannya, apk tulisan ini berarti mempertanyakan ulang konsep sustainable development, yg terdiri dari 3 pilar, ekonomi-lingkungan & sosial. 

 

Atau mempertanyakan penerapan konsep sust devt yg saat ini marak dilakukan, dimn pelestarian lingkungan diupayakan utk memberikan manfaat ekonomi secara lsg bagi masyarakat?

 

Mohon pencerahan please....:-)

 

*********************************************************************

 

Kompas, 1 Juni 2012

 

Hasil Rio+20 Diduga Bakal Buruk

 

Sejarah Pembangunan Dunia Dipenuhi Ketidaksetaraan.

 

JAKARTA, KOMPAS – Keluaran dari Konferensi PBB tentang Pembangunan atau Rio+20 diperkirakan buruk. Konsep ”Ekonomi Hijau” yang menjadi keluaran konferensi kian memperkuat sistem pasar yang sekarang berlaku. Padahal, banyak hal terkait alam yang tidak bisa dikomodifikasikan.

 

Demikian benang merah seminar sehari Asian Movement on Rio ”Towards Rio+20: Asian Peoples Reclaim the Future,” Kamis (31/5), di Jakarta. Pembicara sesi pertama adalah Direktur Eksekutif Focus on the Global South, Pablo Solon; dua pembicara dari Universitas Al Azhar, yaitu M Riza Widyawarsa dan Hizkia Yosie Polimpung; serta Koordinator Jubilee South Asia/ Pacific Movement Lidy Nacpil (Filipina).

 

Konferensi Rio+20 diadakan di Rio de Janeiro, Brasil, 20-22 Juni 2012. Tahun ini tepat 20 tahun setelah konferensi pertama di kota yang sama. Salah satu tema besar ekonomi hijau, mengentaskan rakyat dari kemiskinan.

 

Dicetuskan dua tahun lalu, konsep ekonomi hijau menjadi diskursus utama penyelamatan Bumi yang kian terkuras dan rusa sumber daya alamnya: flora, fauna dan ekosistemnya.

 

”Hasil dari Rio+20 akan memperburuk keadaan karena semua didasarkan pada pasar. Alam diberi harga. Mereka peduli pada alam karena ada nilai keuntungannya,” ujar Solon. Ia mengingatkan, Bumi tidak hanya milik manusia, melainkan sebaliknya manusia bagian dari Bumi sebagai sistem alam.”Jika manusia rusak alam, bencana yang didapat.”

 

Kesadaran semu

 

Pada kehidupan keseharian, kultur kapitalisme ditancapkan ke pikiran manusia. Orang akan merasa bersalah ketika tak menkonsumsi produk ramah lingkungan. Banyak orang membeli produk ’hijau’ dan merasa bersalah jika membeli produk dari China, misalnya.

 

Padahal, keseharian ekonomi ramah lingkungan ditanamkan para penguasa ekonomi dunia untuk keuntungan, menambah kapital. ”Maka, kita perlu mengidentifikasi apa kapital dari ekonomi hijau itu,” kata Riza.

 

Kapitalisasi, isu finansial, dan privatisasi tak terkait langsung dengan kehidupan publik.”Seperti kredit karbon yang diturunkan menjadi sertifikat yang bisa menjadi kapital. Ini solusi bohong jika dikaitkan lingkungan,” ujar Nacpil. Negara penghasil polusi terus melakukan, negara lain yang harus membayar: yang bisa mempertahankan hutan.

 

Ada alternatif solusi yang ditawarkan, yaitu sistem yang mengakui ketidakadilan terhadap hak membangun. Negara maju seabad membangun, negara berkembang tertinggal. ”Namun, ini langkah amat berat dan kompleks. Sebab, sejarah pembangunan dunia memang dipenuhi ketidaksetaraan,” ujar Pablo.

 

”Untuk memastikan keberlanjutan teknologi demi mempertahankan lingkungan, harus ada otonomi mengembangkan teknologi. Orang harus dibolehkan mengembangkan teknologinya sendiri sesuai tempat hidupnya,” kata Hizkia. (ISW)

--
You received this message because you are subscribed to the Google Groups "GreenLifestyle" group - Share this email!
To post to this group, send email to greenlifestyle@googlegroups.com
To unsubscribe from this group, send email to greenlifestyle-unsubscribe@googlegroups.com
For more options, visit this group at http://groups.google.com/group/greenlifestyle?hl=id