Wednesday, 1 September 2010

[greenlifestyle] Lebih penting dana atau sdm utk bikin kampanye?

dear sadayana,

ketika kita merencanakan sebuah kegiatan atau kampanye, biasanya kita dihadang oleh permasalahan kurangnya tenaga/orang. tapi masalah terbesar umumnya adalah kurangnya dana, sehingga membuat kita urung utk menyelenggarakan kegiatan. kurangnya dana diasumsikan bhw acara yg terselenggara tidak akan sesuai dgn yang diinginkan, alias gak sukses. oleh karena itu, rasanya pentiiiing...banget keberadaan donor atau sponsor. tapi...apa iya selalu spt itu?

mungkin teman-teman pernah dengar di bulan april y.l ada sebuah kegiatan yang bertajuk "KumKum: untuk berbagi & berbuat". kegiatan tersebut sesungguhnya merupakan sebuah uji coba nekat sekelompok orang untuk menyelenggarakan sebuah event dengan dana seminim mungkin, namun dengan hasil yang tidak berbeda dengan kegiatan beranggaran ratusan juta. terdengarnya 'impossible'!

sejak awal penyelenggara tidak ingin menyelenggarakan acara yang didanai oleh sponsor dari perusahaan. nekat memang. di satu sisi, penyelenggara menghindari acara ini jadi ajang promosinya perusahaan2 besar (lebih baik jd ajang promosinya komunitas2 dong). dan biasanya, besar atau kecil dana yang disumbangkan, pihak sponsor selalu merasa bhw mereka berhak untuk mengintervensi acara agar sesuai dgn promosi brand/produk mereka. padahal walau punya dana, pihak sponsor tidak bisa menyelenggarakan apa pun tanpa ide & konsep acara yang jelas.

selain itu, yang dibutuhkan oleh penyelenggara sesungguhnya bukanlah dana, tapi tenaga sukarelawan. perlu bukti?

perlu logo yang bagus? maka panitia cari ilustrator berbakat yg sevisi. butuh web yg ciamik? maka dicarilah teman2 yg paham fitur2 web dan bersedia jadi sukarelawan. butuh pengisi acara panggung & narasumber workshop, dicarilah komunitas2 yg seide dengan kumkum utk mengisi acara gratis. butuh transportasi, carilah relawan2 yg bersedia mobilnya dipakai utk angkut2. bahkan hingga menjelang hari H, ketika panitia bingung tiada dana utk konsumsi...datanglah lembaga penggiat produk organik menyumbangkan makanan.

jadi, sesungguhnya yang kita butuhkan belum tentu dana....seringkali bentuknya adalah sumber daya (manusia & barang). kalau bisa dapat makanan tanpa uang, kenapa harus cari uang? kalau bisa punya atribut2 kampanye yang menarik tanpa uang, kenapa yang dicari dana?

nah di bawah ini adalah laporan keuangan KumKum yang baru saja dikeluarkan minggu lalu sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada komunitas2 yang ikut berkolaborasi di KumKum. Ternyata untuk sebuah acara 2 hari yang dinikmati oleh sekitar 5500 orang, hanya membutuhkan dana sekitar Rp 10 juta. Walau ada defisit Rp 110.150, tapi ini bisa ditutupi dari penjualan merchandise.


Laporan Keuangan KumKum per 18 April 2010

Biaya Jumlah Pendapatan Jumlah
Biaya sekretariat 3.000 Penjualan sampah 1.343.850
Biaya cetak 165.000 Penjualan buah langka 261.000
Biaya transportasi 1.500.000 Penjualan cinderamata KumKum* 3.980.000
Biaya produksi cinderamata* 6.127.000 Penjualan cinderamata Gropesh 260.000
Biaya peralatan 487.000 Penerimaan pendaftaran bazaar 3.150.000
Biaya konsumsi 982.000 Donasi 1.059.000
Biaya pembelian buah langka 310.000

Biaya ongkos kirim cinderamata 45.000

Biaya hadiah 545.000

TOTAL 10.164.000 TOTAL 10.053.850

Sebenarnya kalau semua dihitung, termasuk kontribusi semua komunitas yang terlibat (yang nanggung transport, makan, pikiran, tenaga dan waktu) serta kontribusi keahlian & waktu para relawan panitia (dari persiapan sampai hari H, termasuk nanggung transport dan makan sendiri), yakin deh nominalnya pasti jauh lebih tinggi dari itu. Bisa nambah satu atau dua digit nolnya dari dari angka total di bawah.

Selain itu berupaya mengajak sebanyak-banyaknya komunitas utk berkolaborasi, sejak awal panitia sudah berkomitmen untuk sebisa mungkin menghemat dengan menghindari pengeluaran2 dana yang seringkali gak penting. misal:
- tidak perlu cetak kaos panitia karena makan biaya, tapi justru rame-rame bikin atribut panitia dari banner bekas.
- tidak perlu cetak poster & brosur, karena hanya akan buang2 kertas. gunakan saja media online yg murah meriah.
- gak perlu berpromosi di radio & tv, tapi promosi dari mulut ke mulut yang dilakukan anggota2 komunitas jauh lebih efektif
- biaya konsumsi ditekan dengan hanya memberikan jatah gratis bagi relawan pelajar & mahasiswa. bagi yg sudah kerja, diharapkan untuk beli makan sendiri.

Walau tanpa sponsor, KumKum tetap mendapat donasi dari para penggiat komunitas, misalnya:
- dana angkut kotak sampah milik greeners dari bandung
- donasi pre-order tas kumkum yang diupayakan oleh temen2 greeneration
- donasi hasil penjualan cinderamata gropesh
- donasi pribadi utk konsumsi panitia, termasuk sumbangan makanan dari pib.
- bahkan ada 1 keluarga besar yang bersedia mendanai pementasan grup perkusi Kuno Kini.
- dsb.

Ini menjadi bukti bahwa komunitas-komunitas jika berkolaborasi, punya potensi yang sangat besar untuk menciptakan perubahan, tanpa tergantung pada pihak donor/ sponsor yang seringkali punya kepentingan sendiri.

Dan juga  terbukti dengan modal sosial alias gotong royong....sangat mungkin untuk bikin acara yang bermanfaat dan gak kalah meriah dibanding acara yang bernilai ratusan juta :-)

Semoga kisah pengalaman ini bisa bermanfaat bagi rekan2 GL yang lain.

salam tengah malam! :-)

kalau bisa rame-rame, kenapa bergerak sendiri-sendiri?

--
You received this message because you are subscribed to the Google Groups "GreenLifestyle" group - Share this email!
To post to this group, send email to greenlifestyle@googlegroups.com
To unsubscribe from this group, send email to greenlifestyle-unsubscribe@googlegroups.com
For more options, visit this group at http://groups.google.com/group/greenlifestyle?hl=id